Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Sebagaimana yang sudah maklum bahwa Jihad adalah amal tertinggi dalam Islam karena berat dan besarnya resiko yang ditanggung. Jaminan bagi yang ikhlas di dalamnya adalah ampunan, rahmat, dan surga tingkat tinggi.
Adapun dzikir adalah amal ringan yang memiliki banyak keutamaan; dari ampunan dan pahala besar. Disifati dalam hadits shahih, ahli dzikir bisa membalap yang lainnya dalam urusan pahala. Allah akan menyebut nama hamba yang sering menyebut nama-Nya dan membersamai-Nya dengan hidayah dan pertolongan.
Allah perintahkan dalam kitab-Nya agar orang-orang beriman berjihad di jalan Allah. Demikian pula Allah perintahkan mereka untuk berdzikir kepada-Nya dengan dzikir yang banyak. Diperintahkan pula secara bersamaan agar orang beriman yang sedang berjihad, saat berjumpa musuh untuk meneguhkan dirinya di medan jihad dan banyak berdzikir.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."(QS. Al-Anfal: 45)
Allah memerintahkan orang-orang beriman banyak berzikir sekaligus berjihad agar mereka memiliki harapan meraih kesuksesan. Puncaknya dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
Dalam riwayat al-Tirmidzi disebutkan sebuah hadits Qudsi, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
إنَّ عبدي كلَّ عبدي الذي يذكرني وهو مُلاقٍ قِرْنه
“Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenarnya adalah yang berdzikir menyebut nama-Ku ketika ia berhadapan dengan musuhnya.”
Maknanya: hamba Allah yang hakiki adalah yang ikhlas dalam ibadah dan tidak lalai dari dzikrullah. Sampai ia masih ingat Allah dan berdzikir kepada-Nya saat berhadapan dengan musuhnya di medan perang. Ia selamatkan ruhnya dari cengkaraman musuhnya. Jika dalam kondisi ini ia masih tetap ingat Allah dan tidak lalai dari-Nya maka dalam kondisi selainnya akan lebih ingat kepada-Nya.
Hadits ini memberikan keputusan tegas tentang perbandingan keutamaan ahli dzikir dan mujahid. Ahli Dzikir yang mujahid itu lebih utama daripada ahli dzikir yang tidak berjihad dan mujahid yang lali dari dzikir. Ahli dzikir yang tidak berjihad itu lebih utama daripada mujahid yang lalai dari dzikrullah –sebagaimana diutarakan Ibnul Qayyim dalam Al-Wabil al-Shayyib, hal. 70-.
Jadi ahli dzikir yang paling utama adalah mereka yang berjihad. Sedangkan mujahid yang paling utama adalah mereka yang senantiasa berdzikir. Wallahu a’lam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!*Artikel ini juga telah tayang di voa-islam.com