Waspada Munculnya Pandemi Baru, Wanita di Jepang Jadi Korban Tewas Virus Oz Pertama di Dunia [Foto: @japanesestation] |
sukabumiNews.net, JAKARTA – Direktur Pasca Sarjana
Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengimbau Pemerintah Indonesia
tidak menyepelekan laporan kematian yang diakibatkan oleh Virus Oz seperti yang
terjadi di Jepang beberapa waktu lalu.
Disampaikan pihak berwenang Jepang hari Jum’at kemarin,
seorang wanita berusia 70 an di Prefektur Ibaraki Jepang meninggal setelah
tertular Virus Oz. Hal ini menjadikan kasusnya sebagai kematian pertama di
dunia karena infeksi virus yang ditularkan melalui kutu.
“Kita tidak boleh menyepelekan adanya laporan penyakit
baru, tapi juga jangan khawatir berlebihan. Jangan pula terlalu cepat membuat
kesimpulan, karena memang data ilmiah belumlah lengkap tersedia,” katanya
dilansir ANTARA, Selasa, 27 Juni.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FK-UI) itu menuturkan dari waktu ke waktu memang selalu ada saja laporan
tentang jenis penyakit baru dari berbagai negara.
Ketika pertama kali kasus baru atau kematian
ditemukan, tindakan yang segera dilakukan adalah mengkaji secara rinci dampak
penularan baik dari sisi klinik maupun epidemiologinya bersama dengan para
ahli.
Hanya saja memang pada awal mula pasti belum tersedia
penjelasan ilmiah yang pasti.
“Makanya, hal yang perlu kita lakukan sekarang adalah
mengikuti secara mendalam perkembangan data ilmiah tentang kasus ini, tentu
dari sumber yang dipercaya dalam setidaknya dua bentuknya yaitu keterangan
resmi dari sebuah badan negara atau dunia,” katanya.
Sumber terpercaya lainnya yang bisa pemerintah maupun
masyarakat ikuti, kata dia, adalah hasil penelitian yang dipublikasi resmi,
bukan dalam pesan Whatsapp (WA) berantai tanpa sumber yang jelas.
Di samping itu ada atau tidaknya penyakit baru, kata
Prof Tjandra, secara umum pemerintah harus tetap menjaga dan menjamin
surveilans selalu berjalan secara baik, setidaknya dalam tiga bentuk yakni
surveilans berbasis gejala, surveilans berbasis laboratorium, bahkan sampai
tahap genomik.
“Sementara untuk ruang lingkup surveilans yang perlu
diperhatikan adalah surveilans klinis pada pasien, surveilans epidemiologik di
komunitas, surveilan pada hewan yang mungkin berdampak pada kesehatan manusia
dan surveilans keadaan lingkungan yang mungkin berdampak pada kesehatan
manusia,” ujar Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.
Dikonfirmasi secara terpisah Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu
menyatakan kasus kematian manusia akibat Virus Oz belum ditemukan di Indonesia
hingga hari ini.
Meski demikian dirinya mengimbau semua pihak memahami
bahwa Virus Oz adalah anggota baru dari genus Thogotovirus. Virus ini pertama
kali diisolasi dari kumpulan tiga nimfa kutu Amblyomma testudinarium yang
dikumpulkan di Prefektur Ehime, Jepang pada tahun 2018 lalu.
Virus itu diketahui mempunyai sifat zoonosis atau
ditularkan melalui hewan, yang biasanya berupa satwa liar seperti monyet, rusa
dan tikus ke manusia.
“Sehingga ketika Thogotovirus mengenai tubuh manusia,
ia dapat menimbulkan radang otak (ensefalitis), penyakit demam, pneumonia,
hingga kematian. Namun cara penularan ke manusia belum diketahui dengan pasti,
kemungkinan tertular dari gigitan kutu yang membawa virus tersebut,” kata Maxi,
dikutip sukabumiNews dari Voi.id, Rabu (28/6).
BACA Juga: Ini Bukti Kuat Cacar Monyet adalah Senjata Biologis Buatan Manusia
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2023