Warga setempat dan aparat kepolisian saat mengevakuasi korban yang tergantung di depan teras rumahnya. | Istimewa | |
Kanit Reskrim Polsek
Gegerbitung, Bripka Yadi Supriyadi mengatakan, korban yang diketahui berinisal
OA (72) ini pertama kali ditemukan salah seorang penjual tahu bernama Apud (35),
warga Kampung Citajur, Desa Cijurey, Kecamatan Gegerbitung pada sekira pukul
10.40 WIB.
"Jadi penjual
tahu itu, saat hendak berjualan melihat seperti ada orang yang menggantung di
depan rumah korban," ungkap Yadi kepada sukabumiNews.net dalam
keteranganannya, Rabu petang.
Karena takut, sambung
Yadi, akhirnya ia memberitahukan kepada Ketua RT setempat untuk mengecek dengan
beberapa warga.
"Saat dicek,
ternyata memang benar korban yang berinisial OA itu, sudah tewas menggantung di
depan rumahnya sendiri,” tutur Kanit.
Tidak lama setelah
itu, warga setempat langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak
kepolisian. Selang beberapa menit, petugas gabungan langsung menuju ke lokasi
kejadian untuk mengevakuasi korban.
"Berdasarkan
hasil pengecekan pihak dokter Puskesmas Gegerbitung, tidak ditemukan adanya
bekas-bekas kekerasan di tubuh korban. Namun ditemukan adanya bekas ikatan
berbentuk V pada bagian lehernya. Kuat dugaan korban meninggal karena gantung
diri,” ucapnya.
Untuk dilakukan
pemerikasan lebih lanjut, tambah Yadi, pihak kepolisian tadinya akan melakukan autopsi.
Namun pihak keluarga korban mengajukan permohonan keberatan, karena menyadari
bahwa semua ini sudah takdir.
Kalau untuk penyebab
kematian korban hingga nekad mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, Yadi belum
bisa memastikan. Sebab menurutnya, perkara ini masih sedang didalami. “Nanti, akan
kita informasikan kembali," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala
Seksi Pemerintahan (Kasi Pem) Desa Buniwangi, Deden mengungkapkan, peristiwa
itu diduga terjadi karena korban kesal lantaran anaknya (sebut saja Jaka) tidak
pernah memperhatikan kondisi OA. Sementara OA sendiri belakangan ini tinggal
bersama cucunya (anak dari Jaka).
“Padahal selama
kurang lebih 8 bulan belakangan ini OA dalam keadaan sakit. Mungkin karena
kesal terhadap anaknya, dan mungkin juga karena faktor usia karena OA sudah
tua, kemungkinan juga faktor ekonomi hingga OA melakukan hal itu,” ujar Deden.
Disinggung soal
perhatian Desa terkait bantuan sosial yang diberikan kepada OA, Deden mengaku
bahwa OA tidak pernah absen dalam setiap program sosial yang diberikan pihak
desa, seperti BLT dan bantuan sosial lainnya.
Sementara mengenai
sakit yang diderita OA selama ini, menurut Deden, sebelumnya, pihak Desa pernah
berusaha untuk membawa OA ke rumah sakit untuk mengobati penyakit yang
dideritanya yaitu penyakit Kista. Namun OA menolak karena takut dioperasi dan
ia hidup bersama cucunya yang berumur 19 tahun.
“Dan kami pun tidak bisa memaksa untuk membawanya berobat ke rumah sakit. Sementara anaknya itu sulit untuk ditemui. Tadi juga saat kejadian, anaknya itu tidak ada di tempat dan tidak diketahui pasti keberadaannya,” ungkap Deden.