Tumpukan pakaian bekas hasil dari donasi dinilai menjadi masalah baru bagi lingkungan sekitar lokasi bencana. [Istimewa] |
“Aksi cepat warga menggalang
donasi ataupun memberikan sumbangan patut diacungkan jempol. Namun, langkah kita
berdonasi, khususnya yang berupa pakaian bekas, harus hati-hati,” ucap Dessy
kepada sukabumiNews.net, Senin (28/11/2022).
Sebab, kata dia, jika
tidak hati-hati, niat baik ini bisa menjadi masalah baru bagi lingkungan maupun
penerima bantuan, jika tidak dilakukan secara bijak.
“Donasi berupa pakaian
bekas dapat menjadi masalah baru ketika pakaian tidak dipilah. Proses ini
menjadi krusial karena tidak semua pakaian dapat digunakan dan dalam keadaan
layak. Misalnya, pakaian yang berjamur, robek, hingga berlubang,” papar Dessy.
Menurut Dessy, jika
tidak dilakukan secara bijak, hal ini justru dapat menambah jumlah sampah di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), bahkan tertumpuk begitu saja di sekitar lokasi
bencana.
“Dengan adanya
penumpukan pakaian bekas yang tidak layak tersebut akan menjadi masalah baru
dan menambah beban kerja bagi relawan posko,” katanya.
Dessy memangaku,
dirinya sempat mendengar keluhan ini dari para relawan. Di tempat bencana mereka
justru mengeluhkan tumpukan pakaian hasil donasi yang tidak digunakan sehingga
menambah sesak gudang karena tertimbun terlalu lama dan pakaian pun menjadi
lembap dan berjamur.