Dalam kesempatan itu,
Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Dr. Adian Husaini berpesan
kepada para wisudawan.
Menurutnya kalau
sudah memilih jalan dakwah, kalau sudah menamatkan diri di STID Mohammad Natsir
maka sudah memilih jalan yang berbeda dari kebanyakan orang.
“Untuk kalian yang
wisuda hari ini harus bangga, karena meneruskan perjuangan para ulama dan
santri dalam merebut kemerdekaan. Secara kebetulan hari ini 22 Oktober adalah
Hari Santri Nasional, ini berkaitan dengan keluarnya fatwa jihad dari KH Hasyim
Asyari. Dengan intinya adalah mempertahankan kemerdakan dan melawan penjajah,
siapa yang meninggal karena berjuang adalah mati syahid, siapa yang berkhianat
dihukum mati,” katanya.
Ia menambahkan jika
hari santri dahulu adalah perjuangan melawan penjajah, melawan pesawat tempur,
meriam senjata modern. Maka berbeda dengan generasi hari ini.
Perintah jihad ini
tidak pernah berhenti dan harus dilanjutkan oleh para wisudawan dan wisudawati
yang ada di STID Mohammad Natsir.
Sebab, kata Dr.
Adian, bahwa penjajahan di masa sekarang adalah pendidikan dan ini sama yang
dilakukan oleh Snouck Hugronje waktu itu. Yaitu, untuk melemahkan umat Islam
adalah melepaskan umat dari agamanya dengan program sekulerisasi, liberalisasi
yang bisa dicapai dengan pendidikan.
“Ini yang dilakukan
oleh pendiri Dewan Da’wah, Mohammad Natsir. Ketika pemerintah membuka program
transmigrasi dan dimanfaatkan oleh para misionaris untuk membuat sekolah dan
berbagai program pendidikan untuk membuat umat Islam jauh dari agama,” katanya.
Lulusan Terbaik
dari Kampus Terbaik
Dr. Adian melanjutkan
untuk itu para wisudawan dan wisudawati haru meneruskan perjuangan ini. Karena
mereka adalah lulusan terbaik dari kampus terbaik.
“Mengapa kampus
terbaik, karena mendidik orang menjadi manusia sebenarnya. Ini mendahului
program kampus merdeka dari pemerintah. Jadi mereka yang lulus di sini serba
bisa, dari menggunakan teknologi hingga bertani. Bahkan, dalam hal agama. Ini
modal,” katanya.
Ia berpesan kepada
para wisudawan dan wisudawati untuk jangan merasa merendah diri, berduka
apalagi bersedih.
“Karena kalian adalah
yang paling tinggi di antara yang lain. Kita pelanjut perjuangan Rasulullah,
para ulama. Jadi kalian bukan manusia biasa. Karena bukan manusia biasa maka
jadilah dai untuk perjuangan umat,” katanya.
Sebab, kata Dr.
Adian, kebutuhan dai sangat tinggi. Dari permintaan kepada Dewan Da’wah tiap
tahun adalah 250 orang. Sedangkan di sini hanya 91 orang.
“Maka terkadang di
tiap wilayah kami tidak bisa memenuhi sesuai permintaan. Selain itu, jangan
takut setelah lulus dari sini tidak ada lowongan. Selama ada setan, maksiat
merajalela, lowongan pekerjaan terbuka luas dan alhamdulillah tidak ada dai
yang kelaparan,” katanya seperti dikutip SI Online.