Sejarah Kopi, Minuman Para Sufi (Bagian 2)

G7Gdg.jpg
Turkish Coffee (image) 
 

Adapun di Turki, negara yang menjadi jembatan penyebaran kopi ke Eropa, kopi biasanya disajikan dalam sebuah cangkir kecil seukuran espresso lalu diteguk secara perlahan-lahan. Gula pada kopi Turki ikut dimasak bersama bubuk kopi bukan ditambahkan ke dalam cangkir setelah kopi disajikan.

Sebenarnya, kopi Arab dan Turki sangat mirip. Kopi Arab dan Turki disajikan dalam warna hitam, dibuat dengan kopi yang digiling halus, dengan ampas yang disajikan bersama kopi. Perbedaan utamanya adalah kopi Turki biasanya tidak mengandung kapulaga.

Kopi Arab sudah mendarah daging dalam budaya dan tradisi Timur Tengah, dan merupakan bentuk kopi paling populer yang diseduh di Timur Tengah. Kopi Arab masuk dalam Intangible Cultural Heritage dunia Arab yang dikonfirmasi oleh UNESCO.

Kopi Arab dianggap sebagai simbol kedermawanan. Ia merupakan aspek integral dari keramahan dan telah menjadi tradisi nasional. Kopi adalah simbol persatuan yang melestarikan asosiasi sosial, politik dan budaya yang membentuk masyarakat.

Alasan mengapa kopi Arab terasa begitu enak adalah karena persiapannya. Di masa lalu, orang Badui menyeduh kopi mereka di atas perapian sederhana yang digali di tanah. Seiring waktu, digantikan oleh kuwar, lubang tanah liat dengan kompor yang terbuat dari kerikil dan lempengan batu.

Selama 300 tahun pertama setelah ditemukan, kopi sangat erat kaitannya dengan umat Islam, khususnya para sufi. Mereka mengonsumsi kopi agar tetap terjaga di malam hari ketika tenggelam dalam zikir panjang, kopi juga dianggap membantu menahan dahaga ketika berpuasa di siang hari, selama bulan suci Ramadan.

Sejarawan percaya bahwa biji kopi berasal dari Afrika, tepatnya Ethiopia. Beberapa bukti menunjukkan bahwa dalam rentang antara 575 dan 850 M, biji kopi biasa dikonsumsi oleh suku pegunungan dengan cara dikunyah. Konsep kopi sebagai minuman muncul di kota pelabuhan Mocha (al-Mukha), Yaman oleh seorang Muslim, akan tetapi tidak diketahui secara pasti kapan tanaman ini melintasi Laut Rea lalu mencapai pelabuhan Mocha.

Kisah kopi yang diseduh dalam bentuk cair ini tidak bisa dilepaskan dari nama Umar Al Shadhili, seorang ahli tasawuf dari tarekat Shadhili. Ada banyak cerita yang terkait dengan penemuannya. Beberapa mengatakan, dia menemukan khasiat tanaman ini saat berada di hutan belantara dan yang lain mengatakan, dia mengamati orang-orang Ethiopia minum kopi dan membawa kebiasaan itu kembali ke Mocha.

Setelah itu, semua tanaman kopi di seluruh dunia berasal dari Yaman. Tanaman ini melahirkan industri kopi global dan sebagian besar tanaman kopi di luar Ethiopia memiliki kode genetik Yamani yang sama.

Referensi pertama untuk minuman kopi ini.. (bersambung ke bagian 3)

BACA Juga: Sejarah Kopi, Minuman Para Sufi (bagian 1)

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال