Seorang tentara Lebanon mengatur lalu lintas di sebuah pompa bensin di ibu kota Beirut (Foto: Anwar Amro/AFP) |
sukabumiNews.net, LEBANON – Bank sentral Lebanon akan menghentikan subsidi imfor bahan bakar seiring menyusutnya cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir.
Gubernur Bank Sentral
Libanon Riad Salame memastikan tidak akan mengubah keputusan tersebut.
Riad hanya akan
mengubah kebijakannya apabila parlemen Libanon mengesahkan aturan yang memperbolehkan
penggunaan cadangan devisa wajib.
"Saya tidak akan
meninjau penghapusan subsidi bahan bakar, kecuali penggunaan cadangan (devisa)
wajib disahkan," ujarnya dikutip dari AFP, Sabtu (14/8/2022).
Bank Dunia menyatakan
Libanon tengah dicengkram salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia sejak
1850-an. Libanon mengalami kekurangan pasokan bahan bakar dan kebutuhan hidup
lainnya.
Di tengah tekanan
itu, nilai mata uang pound Libanon jatuh lebih dari 90 persen. Selain itu,
cadangan devisa Libanon menyusut dalam beberapa bulan terakhir menjadi US$14
miliar.
Angka itu mendekati
batas minimum cadangan devisa yang seharusnya digenggam bank sentral.
Karenanya, Raid memutuskan menghentikan subsidi impor bahan bakar untuk menjaga
cadangan devisa.
Namun, langkah Raid
tersebut menerima kecaman dari sejumlah politisi. Pasalnya, keputusan itu bisa
memicu kenaikan bahan bakar di pasar gelap serta menghilangkan akses sebagian
masyarakat kepada bahan bakar.
Namun, Raid tetap
bersikeras hanya satu solusi sederhana atas permasalahan tersebut, yakni
parlemen mengesahkan aturan penggunaan cadangan devisa wajib. Dengan demikian,
ia bisa menambah subsidi impor bahan bakar.
"Ada solusi
sederhana, sidang di parlemen untuk menyetujui penggunaan cadangan wajib untuk
mendanai impor bahan bakar," ujarnya, dikutip dari CNN Indonesia.
Sementara, Reuters
melaporkan bahwa juru bicara bank sentral mengatakan pada hari Senin bahwa
importir sekarang harus mendapatkan dolar dari pasar gelap, di mana pound
Lebanon diperdagangkan sekitar 35.000 pound per dolar. Tingkat Sayrafa minggu
lalu adalah sekitar 28.000 pound.
“Jika ada lebih
banyak volatilitas dalam nilai tukar, akan ada lebih banyak volatilitas pada
harga bahan bakar,” kata Maroun Chammas, anggota Asosiasi Perusahaan Pengimpor
Minyak, dikutip dari Aljazeera, Senin (12/9/2022).