Bupati Sukabumi, H Marwan Hamami saat menyampaikan kata sambutan di acara Rembuk Stunting. |
sukabumiNews.net,
KAB. SUKABUMI – Bupati Sukabumi, Marwan Hamami mengaku kaget, kasus penyakit
stunting atau gagal tumbuh pada anak di Kabupaten Sukabumi mengalami
peningkatan per tahun, tepatnya sejak pandemi Covid-19.
Hal demikian,
disampaikan Bupati Marwan usai melakukan rembuk stunting tingkat Kabupaten
Sukabumi di salah satu hotel di wilayah Kecamatan Sukabumi, Kamis (14/7/2022).
"Saya kaget,
karena kasus stunting dari tahun ke tahun itu naik, dan sekarang berada di 24,2
persen,” ujar Marwan.
Marwan mempertanyakan
penyebab naiknya angka kasus stunting di daerah yang dipimpinnya itu. “Apakah
kesalahan hitungan, atau bagaimana. Ini juga sudah kami sampaikan kepada para
OPD," tambahnya.
Guna mengetahui hal itu,
Marwan memerintahkan kepada seluruh bidan desa, posyandu dan lainnya untuk mempelajari
dan mengecek kembali ke lapangan, khusnya ke daerah yang mengalami kenaikan
kasus stunting tersebut.
“Apabila kenaikan
angka stuntingnya terukur dan bisa dipertanggungjawabkan, maka akan diintervensi,”
tuturnya.
Dari beberapa
kecamatan yang tersebar di Kabupaten Sukabumi ini, sambung Marwan, terdapat
beberapa daerah yang terdapat angka stuntingya tinggi. Seperti di wilayah Kecamatan
Ciemas dan Bantargadung dan Kecamatan Kebonpedes.
Menurutnya, ini
terjadi karena banyak orangtuanya yang menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar
negeri. Sehingga, anaknya dititipkan ke neneknya.
"Jadi neneknya itu memberikan makan asal makan saja, tidak seperti orangtuanya. Iya, jadi asal kenyang saja. Seperti makan nasi sama kerupuk saja jadi, padahal itu nutrisinya tidak ada dan persoalan ini harus di jawab," tandasnya.
Dikatakan Marwan bahwa
Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah melakukan berbagai inovasi dan strategi
untuk menurunkan angka stunting. Salah satunya lewat pemberian beras nutrizink.
Beras tersebut dianggap ampuh untuk menjawab persoalan stunting.
"Kandungan
protein dalam beras nutrizink ini sangat tinggi. Sehingga ini bisa menjawab
persoalan stunting," jelas Marwan.
Di tempat yang sama, Kepala
Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, H
Masykur Alawi juga membenarkan soal adanya peningkatan angka kasus stunting
dari tahun ke tahun, tepatnya sejak pandemi Covid-19 melanda wilayah Kabupaten
Sukabumi.
"Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka stuting ini mengalami peningkatan
sebanyak 24,2 persen untuk di tahun 2021. Apabila melihat dari survai status
gizi Indonesia pada 2020 hanya ada 21 persen. Jadi memang ada peningkatan di
masa pandemi ini," katanya.
Disinggung mengenai
berapa ribu jumlah bayi dan balita di Kabupaten Sukabumi yang terjangkit
penyakit stunting, H Masykur Alawi mengaku belum bisa memastikan. Karena memang
kata dia, data by name by adreas-nya belum diketahui secara menyeluruh.
Kendati demikian, Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukabumi tetap fokus untuk melakukan berbagai program dan
inovasinya dalam percepatan penurunan kasus stunting di Kabupaten Sukabumi.
Seperti kegiatan “Rembug Stunting” yang dilaksanakannya kali ini dengan dihadiri Bupati Sukabumi serta perwakilan dari DPRD Kabupaten Sukabumi, TNI, Polri dan lintas sekotoral yang lainnya.
“Ini untuk
mengimplentasikan aksi konvergesi stunting melalui rembug stunting dalam rangka
membuat komitmen bersama guna menyepakati hal yang harus disikapi dan dinervensi
bersama secara kolabrotatif, sehingga penurunan stunting di Kabupaten Sukabumi
bisa sesuai dengan target," tegasnya.