Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi (Pool) |
sukabumiNews.net, JAKARTA – Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah menjelaskan soal fenomena Dedi Mulyadi yang melesat menyaingi RK, memang ada beberapa faktor yang menjadi alasannya. Dari pengalaman LSI melakukan ratusan kali survei, calon yang punya potensi menang itu biasanya terlihat dari beberapa indikator yang ada dalam data survei.
Dicontohkan Toto,
selain faktor tren elektabilitas yang terus naik, juga tergambar dari meratanya
dukungan di aneka segmen demografis seperti suku, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, penghasilan, pemilih partai, dan sebaran zona dapilnya.
Begitu juga kata dia,
dengan tingkat pengenalan yang berbanding lurus dengan tingkat keksukaan.
Karena banyak calon yang tingkat pengenalan tinggi, tapi kesukaan rendah.
Biasanya ini kategori calon yang berat untuk menang.
Menurut Toto, Dedi
Mulyadi hampir masuk dalam semua kategori diatas, termasuk, soal pengenalan dan
kesukaan yang nyaris berbanding lurus, yaitu dikenal 79,5% dan disukai 87,8%.
"Bandingkan
dengan Dede Yusuf yang sudah dikenal oleh 94%, tapi disukai 86%. Ini artinya,
kalau pengenalan Dedi Mulyadi naik lagi sampai ditas 90%, ada potensi
elektabilitasnya juga naik lagi," bebernya kepada sukabumiNews.net dalam
rilis yang diterima, Kamis (23/2/2021).
BACA Juga: LSI Denny JA Ungkap Dedi Mulyadi Bakal Jadi Pesaing Berat Ridwan Kamil
Faktor lain
berdasarkan data survei LSI, elektabilitas Dedi Mulyadi disumbang oleh
gencarnya mengemas program turun ke masyarakat lewat youtube dan aneka platform
sosmed lainnya seperti FB dan IG. Dari base 63,3% pengguna medsos, saat ditanya
konten media siapa yang paling disukai, DM (Youtube 17,2%, FB 6,6%, IG 0,8%).
Sementara RK hanya unggul di IG 4,7% dan Youtube 4,2%.
“Kekuatan Kang DM di
medsos lebih pada kontennya yang news value. Dia bemain isu yang kuat public
interestnya seperti isu kerakyatan, bantuan kepada rakyat kecil, soal sampah
dan sejenisnya. Ditambah lagi dia juga punya brand yang kuat sebagai tokoh
Sunda yang setia dan konsisten memperjuangkan dan melestarikan sunda, dalam
arti peradaban, bukan suku,” ungkapnya.
Selain soal
elektabilitas para calon gubernur, tambah Toto, survei LSI juga memotret elektabilitas
partai politik di Jawa Barat. Untuk sementara, PDIP masih memimpin dengan
18,8%, Gerindra 17,5%, Golkar 14,7%, PKS 11,2%, Demokrat 9,2%, PKB 4,7%, PPP
4,2%, yang lainnya dibawah 3%. Ada sekitar 12,9% merahasiakan dan tidak tahu
atau tidak jawab.
Terkait dengan
pengaruh partai pengusung terhadap calon gubernur, sebanyak 79,5% mengaku lebih
mempertimbangkan sosok pasangan, dan 15,8% mempertimbangkan partai pengusung.