Ratusan Santri Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya Dapat Motivasi dari Ketum DPP Prawita GENPPARI, Dede Farhan Aulawi. |
sukabumiNews.net, BANDUNG – Prawita GENPPARI sebagai bagian dari elemen organisasi masyarakat, tentunya terpanggil untuk ikut serta memberikan pengabdian yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Demikian itu diampaikan Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi kepada sukabumiNews.net, di Bandung, sekembalinya dari kegiatan Program Motivasi Santri di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, belum lama ini.
Menurut Dede, salah satu aspek yang dinilai krusial dan fundamental adalah dalam peningkatan kualitas SDM menuju Indonesia yang maju, unggul dan jaya.
Untuk itulah, kata dia, Prawita
GENPPARI terus menorehkan jejak-jejak pengabdiannya di berbagai daerah bahkan
sampai ke desa-desa melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan serta
program-program motivasi lainnya.
Dede mengaku bahwa hal ini dilakukan di
berbagai komunitas kemasyarakatan, sekolah-sekolah umum, bahkan sampai ke
pesantren-pesantren agar para siswa dan santri memiliki semangat belajar dan semangat
berprestasi yang tinggi.
“Termasuk mengenalkan
konsep Wisata Edukasi Berbasis Pesantren (WEBTREN) dengan model pendekatan 4P,
yaitu di bidang Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan,“ kata mantan anggota KOMPOLNAS ini.
Dede mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu program
unggulan Prawita GENPPARI dalam memajukan dan mendorong SDM Indonesia agar
semakin unggul dan kompeten di bidangnya masing-masing. Baik di bidang
kepariwisataan, bidang seni budaya, bidang UMKM dan Ekonomi Kreatif, serta
bidang-bidang lainnya.
BACA Juga: Prawita GENPPARI Nilai Pialang Berjangka Jadi Peluang UMKM Kaum Milenial
Dede Farhan Aulawi saat memberikan motivasi kepada ratusan santri di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalayadari, Jawa Barat, Jum’at (21/1/2022). |
“Apalagi secara khusus Prawita GENPPARI memiliki badan otonom yang bergerak di bidang pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, yang bernama Pusdiklat Prawita GENPPARI,” ungkapnya.
Pada kesempatan
tersebut, Dede menyampaikan banyak motivasi hidup yang didasarkan pada
pengalaman perjalanan hidupnya untuk selalu memotivasi diri dalam menjaga
semangat juang dalam belajar meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.
Dia juga
mencontohkan, dimana saat usianya menginjak kelas 3 SMA sudah berstatus yatim
piatu karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Di satu sisi tentu
memiliki cita-cita yang tinggi untuk terus melanjutkan pendidikan tinggi, namun
di lain sisi dirinya merasa tidak punya siapa-siapa lagi untuk menyandarkan
hidup dalam menopang seluruh biaya yang diperlukan dalam proses pembelajaran
lanjut.
“Tetapi karena masih
memiliki motivasi dan tekad yang kuat, pada akhirnya berbagai rintangan dan
kesulitan bisa dilalui sampai selesai,” bebernya.
Dikatakan Kang Dede, di
dalam alur perjalanan hidupnya tentu tidak sesederhana dalam alur sebuah
cerita. Ada berbagai terpaan yang harus dilaluinya dengan tetap tegar. Itulah
sebabnya lanjut Dede, motivasi-motivasi yang ia sampaikan sangat membumi dan
bisa dimengerti oleh para pendengarnya.
Motivasi yang ia
sampaikan tidak dikemas dalam perspektif teori akademik meskipun ia seorang
akademisi, tetapi disampaikan secara lugas dan renyah sehingga bisa benar-benar
dinikmati untuk meningkatkan semangat juang dalam belajar. Semangat juang dalam
berprestasi, dan semangat juang dalam pengabdian untuk bangsa dan negara. Tak
lupa menanamkan nilai-nilai spiritual yang tinggi terhadap Allah, orang tua dan
para guru yang telah setia dalam memberi pelajaran, pendidikan, dan ketauladanan.
Kata-katanya selama
ini sering dianggap seperti untaian mutiara khatulistiwa dalam melepas dahaga
di tengah keringnya lautan motivasi dalam samudera kehidupan. Jejak
pengabdiannya yang selalu ikhlas disampaikan, seperti estafeta tonggak ketauladanan
yang ingin ia wariskan kepada seluruh rekan dan handai taulannya.
Gaya hidupnya yang
sederhana seolah menyampaikan pesan dalam bahasa perbuatan, bahwa kehidupan
tidak akan melulu bicara kekayaan dan kehormatan semata, melainkan membangun
fondasi pengabdian dengan penuh keikhlasan sebagai amal sosial yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Banyak orang yang
tenggelam di tengah samudera pujian dan sanjungan, dan tidak sedikit orang yang
mampu bangkit di tengah terpaan hinaan, kesulitan dan berbagai penderitaan.
Oleh karenanya, lanjut Dede, janganlah lengah oleh buaian tepuk tangan, tapi
segera bangkit untuk menunjukan jati diri secara sportif katika terpuruk di
berbagai medan keterbatasan.