sukabumiNews.net, KAB SUKABUMI – Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukabumi mencatat, lulusan Sekolah Menengah Kejuraan (SMK) penyumbang angka pengangguran tertinggi atau tingkat pengangguran terbuka (TPT) dibanding tingkat pendidikan lain.
Kepala Pengantar
Kerja Ahli Muda pada Disnakertrans Kabupaten
Sukabumi, R. Elly Widianingsih menyebut, per 2019-2021 lulusan SMK masih
meyumbang angka pengangguran tertinggi mencapai 21 persen.
“Yakni, pada tahun
2019 ada 34285 jiwa pengangguran, sedangkan tahun 2020 ada 43776 jiwa
pengangguran, naik dari anggka tahun sebelumya,” terang Elly Widianingsih
dikutip sukabumiNews, Jum’at (10/9/2021).
Kepala Pengantar Kerja Ahli Muda pada Disnakertrans Kabupaten Sukabumi, R. Elly Widianingsih. |
Menurut Elly, Lulusan SMK diharapkan memiliki kompetensi dan kemampuan vokasi yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha maupun dunia industri (DUDI), baik di level nasional maupun global.
“Dengan begitu,
lulusan SMK sudah siap kerja. Namun pada kenyataannya, jumlah pengangguran
lulusan SMK terus meningkat. Bahkan tingkat pengangguran lulusan SMK selalu
berada di posisi teratas dibanding lulusan lain,” ungkapnya.
Kepala Pengantar
Kerja Ahli Muda pada Disnakertrans Kabupaten Sukabumi itu juga mengatakan, situasi
pada tahun 2020 memang tak bisa dijadikan patokan, karena pademi Covid-19 telah
merenggut pekerjaan.
“Bayaknya terjadi PHK
hampir di setiap perusahaan dan industri khususnya yang ada diwilayah
Kabupaten Sukabumi,” kata R. Elly Widianingsih.
BACA ! : Terdampak Covid-19, Ribuan Buruh di Cianjur Dirumahkan
Selain itu, tambah
dia, faktor lainya seperti ketaksesuaian keahlian utama pelamar, dengan lowongan
yang tersedia, daya saing individu bersangkuatan, keterbatasan jumlah lowongan
kerja pada sektor industri juga sangat mempengaruhi.
“Yang sangat
mengkhawatirkan, peningkatan pada 2021 ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penambahan pada tahun-tahun sebelumnya,” sambungnya.
Masih kata Elly, tingginya
pengangguran di kalangan lulusan SMK sudah terjadi jauh-jauh hari sebelumnya.
Inilah, jelas dia, yang kemudian memunculkan kekhawatiran yang jauh lebih
mendasar, yakni tidak terjadinya link and match (penggalian
kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan) antara lulusan SMK dengan
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Sementara angkatan muda kerja
terus naik jumlahnya dari pertahunya.
Begitu juga, lanjut
dia, ketersedian lapangan pekerjaan untuk menampung para lulusan SMK itu sangat
kurang. Makanya sekarang didorong oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah
untuk kerwirausahaan.
“Jadi yang lulusan sekolah muda harus bisa
menciptakan usaha sendiri, berwirausaha, apalagi di masa saat ini perkembangan
teknologi begitu pesat. Maka dari itu kita harus mengikuti era digital,” tandas
Elly.