Sultan Perak, Sultan Nazrin Shah. (Foto: Bernama) |
sukabumiNews.net, IPOH (MALAYSIA) –Sultan Perak, Sultan Nazrin Muizzuddin Syah mengatakan, pandemi Covid-19 yang sedang dihadapi saat ini seharusnya menginsafkan para pemimpin yang diserahi amanah.
Menurutnya, mereka
perlu menetapkan kembali hal-hal yang perlu diprioritaskan dalam
penyelenggaraan negara berdasarkan asas keadilan, yaitu meletakkan sesuatu pada
tempatnya dan menyerahkan amanah kepada mereka yang ahli dalam bidangnya.
bidang.
Ia menjelaskan bahwa
karya Mukaddimah yang dihasilkan oleh filosof terkenal Ibnu Khaldun 800 tahun
lalu mengaitkan bencana dengan perubahan sosial yang membentuk lima fase.
Dikatakannya, pada
fase pertama merupakan perlombaan yang dilandasi semangat Asabiyah yang
bergerak membentuk identitas politik diikuti fase kedua yang merupakan awal
dari perluasan kekuasaan, pengaruh dan wilayah.
Kemudian fase ketiga lanjut
Sultan, pemerintahan melalui era kemewahan dan kesenangan dari pemerintahan
sebelumnya. Sedangkan fase keempat adalah fase kelalaian dan kepuasan dengan
prestasi serta fase terakhir adalah fase kejatuhan dan kehancuran identitas
politik dan pemerintahan.
“Ibnu Khaldun memberi
peringatan bahwa lima fase akan terulang. Setiap peradaban dan setiap identitas
politik akan menghadapinya dalam siklus sejarah,” jelas Sultan Nazrin
Muizzuddin pada upacara Pembukaan Universitas Sultan Azlan Shah (USAS) ke-13
secara virtual, dilansir sinarharian.com, Sabtu (21/8/2021).
BACA Juga: Selebriti Cantik Neelofa Terima Anugerah dari Kerajaan Kelantan
“Manusia dalam
menghadapi bencana dahsyat yang sedang menerpa ini, harus memperdalam lubuk
hati yang terdalam, menggali pikiran, guna mewujudkan kemungkinan runtuhnya
suatu identitas politik, pemerintahan, negara dan peradaban, jika suatu negara
tidak memiliki cukup perbekalan dan kekuatan," lanjutnya.
Pidato sambutan Yang
Mulia Rektor USAS itu dibacakan oleh Pro Rektor USAS, Tan Sri Mohd Zahidi
Zainuddin.
Sementara itu, Sultan
Nazrin mengingatkan para wisudawan untuk selalu menghargai jasa dan pengorbanan
berbagai pihak seperti orang tua, guru, guru, sponsor dan penyandang dana yang
berperan penting di balik kesuksesan mereka.
Dikatakannya, lulusannya
jangan seperti lupa-aku-bukan, mereka harus angkuh dan angkuh.
Jabatan, pangkat, dan
kekayaan tidak boleh mengubah sifat-sifat luhur manusia. Amalkan kerendahan
hati, sifat cepat meminta maaf ketika melakukan kesalahan, sifat kerendahan
hati yang menyadari diri seorang hamba dan sifat bersedia menerima nasihat
meskipun itu berasal dari seseorang yang secara lahiriah tampak berada pada
posisi yang lebih rendah dari kita.
“Terimalah setiap
nasihat, terutama teguran sebagai pengingat agar kita tidak hanyut dan
tenggelam dalam ilusi kesuksesan dan kebesaran,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan
bahwa lulusan harus siap menghadapi kenyataan dunia karena gelar yang diperoleh
belum mampu menjamin kesuksesan yang sesungguhnya.
Menurutnya, dunia
adalah tempat perebutan kekuasaan baik berupa gagasan, pengetahuan, upaya dan
sumber daya yang merupakan arena persaingan pemikiran untuk menggali, menerima
atau menolak kebenaran.