Masyarakat
berbondong-bondong ke terminal kapal feri untuk meninggalkan kota (Foto:
Reuters)
sukabumiNews.net, BANGLADESH
– Masyarakat terlihat berbondong-bondong ke terminal feri Dhaka di hari kedua
untuk keluar dari kota sebelum penguncian nasional yang ketat mulai berlaku.
Selama tujuh hari
sejak Kamis (24/6/2021), tidak seorang pun di Bangladesh akan diizinkan meninggalkan
rumah mereka kecuali dalam keadaan darurat.
Akibatnya,
orang-orang mengungsi dari ibu kota yang sibuk ke rumah mereka di kota-kota dan
desa-desa.
Kasus Covid-19 di
negara itu telah melonjak, banyak yang terkait dengan varian Delta yang pertama
kali diidentifikasi di negara tetangga India.
Gelombang virus
terbaru di Bangladesh dimulai sekitar enam minggu lalu. Pada 15 Mei ada 261
kasus baru dan 22 kematian dilaporkan. Pada Jumat (25/6/2021) ada 5.869 kasus
baru dan 108 kematian - jumlah kematian harian tertinggi kedua di negara itu
dari seluruh pandemi.
Mengutip berita okezone dari babe.news, Senin (28/6/2021), banyak rumah sakit
kewalahan dengan pasien dan berjuang untuk mengatasinya, terutama yang berada
di perbatasan dengan India.
Penguncian awalnya
akan dimulai pada Senin (28/6/2021) ini, namun ditunda hingga Kamis (1/7/2021).
Kendati demikian, para pejabat mengatakan beberapa pembatasan masih akan mulai
berlaku pada ini waktu setempat.
Karena peningkatan
kasus yang tajam, layanan kereta api dan bus sudah dihentikan, dengan
pengecualian untuk layanan darurat.Orang-orang yang berharap untuk meninggalkan
kota terpaksa menyewa kendaraan pribadi, atau bahkan berjalan kaki, karena
penutupan transportasi.
Editor BBC Asia
Selatan Jill McGivering melaporkan para pekerja berpenghasilan rendah dan
pekerja harian akan menjadi yang paling terpukul oleh penguncian ketat. Banyak
dari orang-orang yang melarikan diri adalah pekerja migran yang berusaha untuk
pulang.
Surat kabar Dhaka
Tribune melaporkan bahwa ada ribuan orang hanya di satu terminal feri, dengan
sedikit atau tanpa ruang di antara mereka.
Kepala polisi lalu
lintas setempat Zakir Hossain mengatakan kepada surat kabar itu bahwa terminal
Shimulia jauh lebih sibuk pada hari Minggu daripada pada hari Sabtu, dan bahwa
"tidak ada yang mengikuti protokol keselamatan Covid-19".
Kantor berita AFP
melaporkan total puluhan ribu orang berusaha untuk pergi. Keterangan ini
mengutip seorang pejabat senior perairan Bangladesh yang mengatakan setidaknya
50.000 orang telah meninggalkan kota itu dengan feri pada Ahad (27/6) saja.
Saat ini, situasi semakin "tidak terkendali".
Beberapa layanan feri
telah beroperasi 24 jam sehari, dengan lebih dari 1.000 penumpang berdesakan di
setiap perjalanan.
"Kami tidak
ingin mereka memadati feri, tetapi mereka tidak mendengarkan. Ada orang-orang
yang terburu-buru,” terang sub-inspektur polisi Mohammad Raza kepada AFP.
Sebuah pernyataan
yang dikeluarkan oleh Departemen Informasi Pers (PID) Bangladesh mengatakan
semua kantor, termasuk kantor pemerintah, semi-pemerintah dan swasta, juga akan
ditutup dalam penguncian.