Oleh: Kholif Mutaqin Djawari
KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ
أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ
كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ
ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah!
Sudah kita maklumi bersama bahwasanya tidaklah Allah
mengutus seorang rasul kecuali Dia memerintahkan rasul tersebut agar mengajak
kaumnya kepada tauhid, yakni memurnikan ibadah dan penyembahan hanya kepada
Allah semata. Perintah untuk bertauhid ini secara otomatis mengandung
konsekuensi logis berupa larangan keras dari berbuat syirik atau menyekutukan
Allah dengan selainNya. Oleh karena itu hadirin sekalian, seluruh ulama
sepa-kat bahwa tidak ada amalan yang paling utama melebihi tauhid dan tidak ada
dosa paling besar yang melebihi syirik.
Syirik merupakan dosa terbesar di antara dosa-dosa besar,
merupakan amal perbuatan yang terburuk, kezhaliman yang paling besar, dan
syirik akbar yang akan menjadi sebab hancurnya seluruh amalan seseorang. Begitu
banyak ayat-ayat dalam al-Qur`an yang menggambarkan kepada kita tentang
buruknya perilaku syirik ini. Di antaranya adalah ayat yang menjelaskan kepada
kita bahwa syirik merupakan dosa yang tidak terampuni, sebagaimana Firman Allah
Subhanahu Wata'ala :
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى
إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendakiNya." (An-Nisa`: 48).
Lalu Allah juga menjelaskan kepada kita semua, bahwa
orang yang berbuat syirik berarti dia berada dalam kesesatan yang sangat jauh.
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً
بَعِيدًا
"Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An-Nisa`:
116).
Dan yang lebih mengerikan lagi, hadirin sekalian! Allah
Subhanahu Wata'ala telah memvonis haram masuk surga bagi para pelaku
kesyirikan. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ
اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong
pun." (Al-Ma`idah: 72).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Setelah kita memperhatikan penjelasan ayat-ayat di atas, maka sepantasnyalah kita semua selalu waspada dan berhati-hati dari perbuatan syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil. Syirik besar insya Allah mayoritas kita kaum Muslimin sudah maklum, seperti meminta dan berdoa kepada selain Allah, meyakini ada pencipta dan pemelihara alam selain Allah, berkeyakinan bahwa selain Allah ada yang berhak diibadahi, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.
Namun jama'ah sekalian, syirik kecil terkadang lepas
dari perhatian kita, atau minimalnya kita kurang memberikan perhatian sesuai
dengan porsinya dalam masalah ini. Sehingga kalau kita mengamati di sekeliling
kita, ternyata masih ada saja sebagian saudara-saudara kita kaum Muslimin yang
terjebak dalam syirik kecil tanpa mereka sadari. Padahal syirik kecil ini
merupakan salah satu hal yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah Sallallahu
'Alahi Wasallam dan dapat menjadi wasilah atau perantara kepada syirik besar.
Jama'ah yang dirahmati Allah!
Walaupun syirik kecil ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam dan tidak menyebabkan kekal di neraka, tetapi ia merupakan kaba`ir atau dosa besar. Penamaan sebagai syirik kecil di sini hanyalah untuk membedakan jenis syirik saja, bukan merupakan penggolongan sebagai dosa kecil. Jadi sekali lagi perlu kita perhatikan dan kita tekankan melalui mimbar ini, bahwa syirik kecil adalah termasuk salah satu dosa besar, bukan dosa kecil.
Al-Imam adz-Dzahabi rahimhullah di dalam kitabnya al-Kaba`ir telah menghimpun
kurang lebih 70 an jenis dosa besar. Dan beliau telah menempatkan syirik di
dalam kitab tersebut pada urutan yang pertama, dan masuk di dalamnya adalah
syirik kecil. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita semua untuk bodoh dari
syirik kecil ini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memberikan perhatian
terhadap masalah ini.
Selanjutnya Ma'asyiral Muslimin! Melalui mimbar ini
khatib akan menyebutkan beberapa contoh syirik kecil yang mungkin masih banyak
terjadi di tengah-tengah kita. Dengan harapan agar menjadi tambahan ilmu bagi
kita yang belum mengetahui, akan menjadi pengingat bagi kita yang lupa, dan
memperkuat ingatan bagi kita yang telah mengetahuinya.
Di antara contoh bentuk syirik kecil adalah riya` dalam beribadah, yaitu seseorang melakukan suatu ibadah atau bentuk pendekatan diri kepada Allah namun di samping itu dia bertujuan agar dilihat atau dipuji oleh sesama manusia. Ini merupakan bentuk syirik yang tersembuyi (syirik khafi) yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam menimpa para sahabat beliau.
Bila para sahabat masih dikhawatirkan akan tertimpa hal ini, maka bagaimanakah lagi dengan kita semua yang sangat jauh keimanannya dibandingkan mereka. Sungguh kita harus sangat lebih takut jika hal ini menimpa kita semua.
Di antara caranya adalah dengan banyak berlindung kepada Allah dari
syirik, baik syirik yang kita ketahui maupun yang tidak kita sadari. Lalu kita
harus senantiasa memperbaiki niat dan keikhlasan kita dalam setiap amal
perbuatan yang kita lakukan, kita sadari penuh bahwa hanya Allah-lah yang
paling berhak mendapatkan segala bentuk peribadatan, sedangkan manusia sama
sekali tidak berhak, mereka semua sama sebagai hamba di hadapan Allah, maka
janganlah sekali-kali kita mencari muka dan pujian di hadapan manusia dalam
ibadah yang kita lakukan.
Di antara bentuk syirik kecil yang lain adalah bersumpah
dengan menyebut selain Allah. Berkenaan dengan ini, maka telah terdapat hadits
Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam yang sangat jelas memberitahukan kepada
kita bahwa hal itu termasuk kekufuran atau kesyirikan. Rasulullah Sallallahu
'Alahi Wasallam bersabda :
مَنْ حَلَفَ بِغَيِر الله فَقَدْ كَفَرَ أَوْ
أَشْرَكَ.
"Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah
maka sungguh dia telah kafir atau telah syirik." (Hadits shahih riwayat
Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Kemudian contoh lain dari syirik kecil yaitu ucapan,
"Atas kehendak Allah dan kehendak anda (kehendak Fulan)," atau
ucapan, "Kalau bukan karena Allah dan fulan," "Ini adalah berkat
pertolongan Allah dan fulan," serta ucapan-ucapan semisal itu, yang
intinya ada semacam pensejajaran antara Allah dan manusia. Ucapan semacam ini
adalah ucapan syirik, oleh karena itu harus diluruskan. Yang benar dari ucapan
di atas adalah, "Atas kehendak Allah kemudian kehendak anda." Atau,
"Kalau bukan karena Allah kemudian karena anda," atau, "Berkat
pertolongan Allah kemudian per-tolongan anda" demikian seterusnya.
Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam telah bersabda :
لاَ تَقُوْلُوْا مَا شَاءَ الله ُ وَشَاءَ
فُلاَنٌ ولكن قُوْلُوْا مَا شَاءَ الله ُ ثُمَّ شَاءَ فُلاَنٌ.
"Janganlah kalian semua mengucapkan, 'Atas kehendak
Allah dan kehendak Fulan', tetapi katakanlah, 'Atas kehendak Allah kemudian
atas kehendak Fulan'." (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan merupakan hadits
shahih).
Dengan ucapan ini, maka kita terhindar dari kesyirikan
dan sekaligus kita tidak lupa mengucapkan terima kasih atas jasa atau bantuan
yang diberikan oleh orang lain kepada kita, sehingga dua tujuan dapat tercapai
sekaligus.
Contoh lain dari syirik kecil adalah tathayyur, yaitu
merasa sial atau naas karena melihat jenis burung tertentu, dan termasuk juga
binatang lain secara umum, merasa sial dengan angka tertentu, hari dan tanggal
tertentu, dan lain sebagainya. Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam telah
bersabda, dari Ibnu Mas'ud secara marfu' :
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ،
وَمَا مِنَّا إِلَّا, ولكن الله عَزَّ وَجَلَّ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
"Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik. Dan
tidak ada seorang pun dari kita, kecuali (terbersit dalam dirinya sesuatu dari
hal itu), akan tetapi Allah ‘'Azza Wajalla menghilangkannya dengan
tawakal." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan ia menyatakan shahih dan menjadikan
perkataan yang akhir adalah perkataan Ibnu Mas'ud).
Demikian juga Ma'asyiral Muslimin, termasuk syirik kecil yaitu memakaikan gelang dari benang dan lainnya kepada anak-anak dengan tujuan untuk menolak bahaya atau bala, memakai dan menggantungkan jimat tertentu untuk mencegah pengaruh ain, untuk mendatangkan keberuntungan dan yang semisal dengan ini semua.
Tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan bentuk kesyirikan
kepada Allah karena mengotori tawakal kita, mencemari tauhid kita kepada Allah.
Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam telah bersabda tentang orang yang memakai
jimat :
مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ.
"Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka dia
telah syirik." (HR. Ahmad, lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no.
492) .
Satu hal yang patut untuk digaris bawahi dalam masalah
jimat ini adalah bahwa ia termasuk dalam kategori syirik kecil, jika
pema-kainya berkeyakinan bahwa jimat tersebut hanya merupakan sebab atau sarana
saja. Adapun jika dia menggantungkan diri secara mut-lak dan berkeyakinan bahwa
jimat tersebutlah yang dapat memberi-kan perlindungan dengan sendirinya, maka
pemakainya telah terjerumus dalam syirik akbar, na'udzubillah min dzalik.
Semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita semua dari
segala bentuk kesyirikan, syirik yang besar maupun yang kecil, syirik yang
terang maupun yang tersembunyi. Amin ya Rabbal 'alamin. Barakallahu li wa
lakum.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!
Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu pernah berkata, "Seorang mukmin melihat suatu dosa seakan-akan dia duduk di bawah gunung dan takut jika gunung itu menimpanya." Demikianlah selayaknya kita menyikapi dosa, janganlah kita melihat besar kecilnya dosa, jangan kita memandang apakah ini syirik besar atau syirik kecil, tetapi lihatlah kepada siapa kita sedang bermaksiat.
Dengan kesadaran seperti ini, maka insya Allah kita akan senantiasa waspada dan berhati-hati, senantiasa merasa dalam pengawasan Allah Subhanahu Wata'ala sehingga akan hilang dari diri kita sikap meremehkan dosa, yang mana ini merupakan indikasi seorang fajir, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dalam kelanjutan ucapan beliau di atas.
Beliau
mengatakan, "Adapun orang fajir, maka ia memandang dosa bagaikan lalat
yang hinggap di hidungnya lalu beliau berisyarat "begini", yakni
menggerakkan tangannya di depan hidung untuk mengusir lalat. Ini merupakan
isyarat bahwa ia meremehkan dosa sebagaimana ia meremehkan seekor lalat yang
terbang di hadapan hidungnya. Kita memohon kepada Allah agar Dia menjadikan
kita semua sebagai hamba-hambaNya yang bertakwa, yang selalu memelihara diri
dari dosa, lebih-lebih dosa syirik baik besar maupun kecil.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ
وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ.
(Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Wandy Hazar S.Pd.I)