Jenderal Min Aung Hlaing disambut oleh Duta Besar Myanmar untuk Republik Indonesia Ei Ei Khin Aye dan Kepala Protokol Negara (KPN) Andy Rachmianto. (Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden) |
sukabumiNews, JAKARTA – Min Aung Hlaing, pemimpin militer yang berada di balik kudeta Myanmar, tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Sabtu (24/4/2021), pukul 11.00 WIB untuk menghadiri pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta—pertemuan pertama sejak kudeta Februari lalu.
Kedatangan Min Aung
Hlaing direkam oleh Sekretariat Presiden RI. Sang jenderal, yang mengenakan
masker, disambut oleh Duta Besar Myanmar untuk Republik Indonesia Ei Ei Khin
Aye dan Kepala Protokol Negara (KPN) Andy Rachmianto dengan mengatupkan kedua
telapak tangan pada dada.
Jenderal Min Aung
Hlaing dan delegasi terlebih dahulu menjalani PCR swab test dan penapisan
kesehatan sebagai bagian dari penerapan protokol kesehatan dan selanjutnya
bergerak meninggalkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju lokasi ASEAN
Leaders' Meeting (ALM) di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta.
Sekitar satu
kilometer dari Gedung Sekretariat ASEAN, sejumlah orang melancarkan protes
terhadap kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing.
BACA Juga: Makin Ngeri! Junta Militer Kini Buru Kritikus Online Myanmar
Sejumlah orang memprotes kehadiran Jenderal Min Aung Hlaing seraya menuntut sang jenderal mengembalikan demokrasi di Myanmar sesuai Pemilu tahun 2020. (AFP/GETTY IMAGES) |
Para demonstran juga menuntut agar militer Myanmar menghentikan segala bentuk kekerasan. (ANADOLU AGENCY/GETTY IMAGES) |
Aksi protes di Jakarta ini disambut ribuan komentar netizen Myanmar yang berterima kasih atas solidaritas warga Indonesia.
Kehadiran Hlaing
sebelumnya banyak ditentang oleh para aktivis dan politisi pro-demokrasi yang
membentuk pemerintahan bersatu, National Unity Government (NUG), April ini.
NUG mendesak
negara-negara tetangga untuk tidak mengakui junta dan meminta perundingan
sebaiknya dengan pihak mereka.
Di antara aktivis
yang menentang kehadiran sang jendral, termasuk Kyaw Win, direktur badan HAM
yang berkantor di London, Burma Human Rights Network (BHRN).
Is President @jokowi going to shake hand with Min Aung Hlaing who committed #RohingyaGenocide? He just killed another 700 people of #Burma and still killing more. Invite #NUG Gov. @idmilktea @andreasharsono @KontraS @gustika @veronicakoman @ylbhi @andreasharsono @Menlu_RI
— Kyaw Win (@kyawwin78) April 23, 2021
"Apakah Presiden
Jokowi akan berjabat tangan dengan Min Aung Hlaing yang melakukan genosida
Rohingya dan membunuh 700 orang Burma lainnya," cuit Kyaw Win.
"Undanglah pemerintahan NUG."
Indria Fernida dari
Bike for Democracy, yang menggelar demonstrasi di dekat Gedung Sekretariat
ASEAN, juga menentang kehadiran Min Aung Hlaing di Jakarta.
"Kami menuntut
agar militer Myanmar menghentikan segala bentuk kekerasan, penangkapan
sewenang-wenang kepada masyarakat sipil, termasuk pembela HAM dan membebaskan
mereka tanpa syarat. Kemudian membuka akses kemanusiaan dan memberikan jaminan
dasar hidup bagi rakyat Myamar. Serta mengembalikan demokrasi di Myanmar sesuai
Pemilu tahun 2020," tegasnya.
Jendral Min Aung Hlaing - pemimpin militer yang melakukan kudeta Februari lalu - dalam parade militer pada 27 Maret lalu. (REUTERS) |
Kekerasan di Myanmar masih terus terjadi dan ASEAN sendiri terpecah dalam mencapai konsensus untuk membantu mencari jalan menangani krisis di Myanmar.
Sejauh ini, kepala
negara yang hadir termasuk Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, dan PM
Vietnam, Pham Minh Chinh. Adapun PM Thailand, Prayuth Chan-ocha mengatakan akan
diwakili Don Pramudwinai, yang juga menteri luar negeri.
Dinna Prapto Raharja
selaku pengamat hubungan internasional sekaligus mantan Utusan Indonesia Untuk
Komisi HAM ASEAN, mengaku menyesali ketidakhadiran sejumlah kepala negara.
"Dalam dunia
diplomasi, ini tanda bahwa mereka tidak menginginkan ada konsensus terjadi
dalam pertemuan ASEAN Summit ini, tapi mereka harus tahu bahwa konsensus bukan
segala-galanya untuk menyelesaikan masalah."