Jenderal Besar Doktor Haji Abdul Haris
Nasution/Net.
sukabumiNews,
MANDAILING (SUMUT) – Masyarakat Mandailing Indonesia yang tergabung dalam
Koalisi Masyarakat Mandailing Peduli Identitas (KMMPI) mengapresiasi usaha dan
ikhtiar pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
dalam membentangkan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk
Kamus Sejarah.
Namun, apabila
bentangan sejarah tersebut diduga hendak menghilangkan jejak tokoh bangsa yang
mempunyai kontribusi besar dalam kelangsungan Republik, maka Kamus Sejarah
tersebut adalah narasi sesat dan menyesatkan bagi memori masa kini dan masa
depan.
Demikian masyarakat
Mandailing menyikapi Kamus Sejarah jilid I dan II terbitan Kemendikbud, Selasa
malam (27/4/2021), seperti diberitakan RMOL.
Rilis disebarkan
KMMPI lewat tiga jurubicaranya, Syahrir Nasution (deklarator KMMPI), Imsar Muda
Nasution (sejarawan Mandailing), dan Ali Sati Nasution (jurnalis senior).
KMMPI menyampaikan,
masyarakat Mandailing asal Sumatera Utara memiliki tokoh-tokoh penting yang
juga telah berperan penting dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, dan
beberapa namanya belum disebutkan secara proporsional di dalam Kamus Sejarah
tersebut, seperti SM Amin Nasution, seorang tokoh Sumpah Pemuda 1928, pernah
menjadi Gubernur Sumatera Utara dan Riau, dan sekarang sudah diangkat jadi
Pahlawan Nasional.
Lalu, Zulkifli Lubis
yang dikenal sebagai Bapak Intelijen karena dianggap sebagai peletak dasar
berdirinya Badan Intelijen di Indonesia.
Dan, Jenderal Besar
Doktor Haji Abdul Haris Nasution, tokoh pengaman Pancasila, penyelamat bangsa
dari berbagai macam pemberontakan pada masa awal bangsa ini didirikan. Tokoh
penting dalam peristiwa Bandung Lautan Api ketika sekutu masuk ke Indonesia,
serta tokoh penting dalam peletak dasar perang gerilya.
Jenderal Nasution
merupakan KASAD yang terlama di Indonesia. Dia pendiri Divisi Siliwangi,
Panglima Pulau Jawa dan salah satu pencipta perang gerilya kaliber dunia. Dia
berperan untuk memberantas pemberontakan PKI di Madiun, RMS, DI/TII di berbagai
daerah, PRRI/Permesta dan G30S.
Sebagai Ketua MPRS,
Jenderal Nasution pernah melantik Presiden Soeharto dan mempunyai peran dalam
melarang ideologi Komunis di Indonesia.
"Itulah sebabnya
kenapa rumah pribadinya dijadikan museum," ujar jurubicara KMMPI dalam
rilis mereka.
Menurut KMMPI, jika
kriteria pemilihan tokoh sejarah dalam buku Kamus Sejarah Indonesia adalah
mereka yang berperan historis dalam pembentukan negara (jilid 1) dan
pembangunan negara (jilid 2), sesungguhnya masih banyak tokoh asal Mandailing
yang layak dimasukkan ke dalam buku tersebut. KMMPI siap serahkan datanya ke
Kemendikbud.
Dengan demikian,
KMMPI menyayangkan tidak dimasukkannya nama-nama tokoh asal Mandailing ke dalam
kamus sejarah yang diterbitkan Kemendikbud.
"Dan karena itu,
dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan agar Kemendikbud untuk meminta
maaf, menarik segera buku tersebut dari peredaran, serta merevisi buku tersebut
sesuai porsi yang seadil-adilnya bagi para pejuang dan tokoh bangsa,"
demikian penutup rilis tersebut.
Awal mulai terbit,
kalangan Nahdliyin sudah memprotes keras Kamus Sejarah Indonesia terbitkan
Kemendikbud. Buku kamus itu dinilai menyeleneh karena menghilangkan tokoh
pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy'ari. Mereka tersinggung dan meminta
Kemendikbud merevisinya.