Jenazah Korban Gempa Mamuju hanya dibungkus daun pisang. (Facebook.com/Neeha Almahira) |
Kominfo buka suara soal narasi jenazah dibungkus daun pisang
sukabumiNews, JAKARTA – Sebuah potret warga mensalatkan jenazah di lokasi pengungsian gempa Mamuju, Sulawesi Barat viral di media sosial. Sebab, jenazah diduga dibungkus pakai daun pisang tanpa kain kafan.
Foto tersebut diunggah dan dinarasikan oleh sejumlah netizen di media sosial, salah satunya di Facebook.
"Kain kafan untuk para jenazah pun sulit didapat, subhanallah. Semoga bantuan bisa segera sampai ke para korban bencana, dilancarkan jalan distribusinya, Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Begini kondisi shalat jenazah di tenda pengungsian di Mamuju," tulis akun Nee**h*, dikutip sukabumiNews dari IDN Times pada Rabu (20/1/2021).
Lalu benarkah jenazah korban bencana di Mamuju dibungkus daun pisang? Berikut penjelasannya.
1. Plastik berwarna hijau untuk mencegah jenazah basah karena terkena air
Dalam akun resmi media sosial, organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap meluruskan informasi tersebut. ACT menjelaskan, warna hijau yang menyelimuti jenazah bukanlah daun pisang, melainkan plastik yang berwarna hijau.
"Plastik ini digunakan oleh warga Mamuju khususnya, untuk mencegah jenazah basah karena terkena air," tulis akun ACT.
Senada, laman Kominfo juga menjelaskan fakta di balik narasi jenazah korban gempa Mamuju yang dibungkus daun pisang karena tidak ada kain kafan. Kominfo menegaskan narasi tersebut keliru.
Lima jenazah korban gempa Mamuju dalam foto itu bukan dibungkus daun pisang, melainkan plastik berwarna hijau untuk melapisi kain kafan. Hal tersebut sengaja dilakukan agar jenazah tidak basah saat terkena air.
2. Jenazah korban bencana disalatkan dalam kondisi terbatas di dalam tenda darurat
Kendati demikian, ACT mengakui kondisi tersebut sungguh sangat memprihatinkan. Sementara itu, para penyintas gempa lainnya turut menyalatkan di tenda darurat, dengan segala keterbatasan.
"Hingga kini, bantuan logistik pun masih sulit didistribusikan, mengingat terputusnya akses jalan lintas Sulawesi. Tim ACT dari Makassar dan juga Palu masih terus berusaha mencapai titik-titik lokasi pengungsian," tulis akun ACT.
3. Para pengungsi masih butuh bantuan
Sementara itu, para korban gempa kini masih bertahan di tenda-tenda pengungsian. Mereka tak berani kembali ke rumah karena takut akan gempa susulan, dan beberapa dari mereka telah kehilangan rumah karena runtuh akibat guncangan.
"Saat ini, bantuan logistik berupa makanan, selimut, perlengkapan kebersihan, perlengkapan bayi dan lainnya sangat dibutuhkan oleh saudara-saudara kita di sana," imbuhnya.
4. 19.435 orang mengungsi pasca-gempa magnitudo 6,2 di Majene dan Mamuju
Sebelumnya, sebanyak 19.435 orang mengungsi pasca-gempa magnitudo 6,2 yang terjadi di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat. Data tersebut berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin (18/1/2021) pukul 08.00 WIB.
“Rinciannya adalah 15.014 orang mengungsi di Kabupaten Mamuju dan 4.421 orang mengungsi di Kabupaten Majane,” jelas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati melalui keterangan tertulisnya, Senin (18/1/2021).
Red/ IDN Times