Syed Saddiq (kiri) mengatakan, PhD tidak diperlukan untuk mengetahui kondisi masyarakat yang sedang dalam kesulitan, kelaparan dan kesakitan. (Foto: Twitter / Bernama) |
sukabumiNews.net, KUALA LUMPUR – Co-founder Parti Ikatan Demokratik (Muda), Syed Saddiq Syed Abdul Rahman mengkritik Sekretaris Jenderal UMNO, Datuk Seri Ahmad Maslan, yang menyatakan bahwa hanya lulusan doktor Filsafat (PhD) yang mengerti perlunya penyelenggaraan Pemilu ke-15 (PRU15).
Melalui update di halaman Twitter-nya, Anggota Parlemen Muar ini dengan sinis mengatakan bahwa PhD tidak diperlukan untuk mengetahui kondisi masyarakat yang sedang dalam kesusahan, kelaparan dan sakit.
“Jangan hanya berpikir tentang listrik 24/7. Sudah menjadi pemerintahan saat ini, bertanggung jawab dan urus rakyat. Krisis COVID semakin parah, krisis banjir belum menemukan jalan untuk menyelesaikannya,” tulisnya.
“Kerjakan dulu,” ujar Syed Saddiq sembari mengunggah rubrik laporan berita bertajuk “Orang bergelar PhD paham kenapa perlu punya GE secepatnya,” sambungnya.
Tak perlu ada PhD untuk tahu rakyat sekarang sedang susah, lapar dan sakit.
— Syed Saddiq (@SyedSaddiq) January 9, 2021
Jangan 24/7 fikir soal kuasa sahaja. Dah jadi kerajaan sekarang, ambillah tanggungjawab dan jaga rakyat.
Krisis COVID makin parah, krisis banjir belum cari jalan nak selesai.
Buat kerja dululah. pic.twitter.com/mxcQiRMiyM
Mengutip laporan yang diterbitkan portal Malaysiakini, Ahmad menjelaskan bahwa hanya mereka yang berpendidikan tinggi yang bisa memahami perlunya diadakan pemilihan umum secepatnya.
Hal itu dikatakan Ahmad usai menyaksikan pemberitaan yang memperlihatkan reaksi pemarut kelapa yang menganggap GE tidak boleh diadakan saat ini karena penularan COVID-19 masih terjadi.
“Belum bisa dipastikan (individu) mendaftar untuk memilih atau tidak. Dia bilang tidak bisa melakukan GE karena COVID-19," ungkap Ahmad.
“Tapi saya jawab kenapa GE itu perlu, karena banyak negara sudah melakukannya, di antaranya di Amerika Serikat, Singapura dan kita juga pernah mengadakan pemilihan umum (PRK) di pemilihan umum negara bagian (PRN) Chini, Slim dan Sabah," tuturnya.
“Rasanya seperti bekas luka kelapa yang tidak dia perhatikan, yang diwawancarai karena suara rakyat kecil tidak hanya tahu lulusan SMA.
"Kalau dia dari UIA
(Universiti Islam Malaysia) atau punya PhD (gelar doktor), saya kira dia bisa
berkomentar lebih akurat," terang Ahmad.
Dalam laporan tersebut, Ahmad juga menginformasikan bahwa peningkatan kasus COVID-19 di Sabah pada saat Pemilihan Umum Negara (PRN) antara lain disebabkan masuknya penduduk pulau tanpa skrining.
Beberapa hari lalu, pernyataan Ahmad juga menyulut perdebatan di kalangan anggota UMNO setelah ia dikabarkan menyebut UMNO tidak mendukung Parti Bersatu Pribumi Malaysia (Bersatu) karena pemerintah Aliansi Nasional (PN) menolak mencabut perkara yang melibatkan pimpinan partai tersebut.
Anggota DPR Rembau Khairy Jamaluddin belakangan menyebut pernyataan itu sebagai 'pisang goreng'.
Astro AWANI
Editor: AM