Presiden Joko Widodo dan Menko Polhukam Mahfud MD. (Foto: Jpnn/M Fathra N Islam) |
sukabumiNews, JAKARTA – Akademisi Abdul Aziz Nasihuddin merespons perihal isu Menko Polhukam Mahfud MD yang sering membuat blunder, baik itu lewat kebijakan atau perkataannya.
Menurut Abdul, Mahfud MD seperti terjebak dalam dua pilihan sulit, antara menjadi akademisi atau birokrasi pemerintah.
“Masuk ke kekuasaan ya mengikuti alur kekuasaan, tidak seperti saat menjadi akademisi yang bebas menentukan arahnya sendiri,” ujar Abdul kepada GenPI.co pada Rabu (6/1/2021).
Hal itu membuat Mahfud MD terkesan sering melakukan blunder saat menjabat sebagai Menko Polhukam.
“Tafsirnya kan jadi ngikut ke Presiden. Meskipun misalnya tidak sesuai, tetapi kalau dia mau ke sana, ya, harus dicari dasar akademik agar sesuai dengan arahan tersebut,” jelas Abdul.
Pengajar ilmu hukum di Universitas Jenderal Soedirman itu menilai, hati nurani Mahfud MD dirasa masih lebih condong ke akademisi
“Biasanya gitu, kalau awalnya akademisi terus ke kekuasaan suka inkonsisten,” katanya.
Fenomena itu menurut Abdul bukan hanya terjadi pada Mahfud MD, melainkan banyak terjadi pada banyak akademisi lain yang kemudian masuk ke kekuasaan.
Dalam pandangan Abdul, saat ini Mahfud MD masih membutuhkan waktu untuk menyeimbangkan dua hal tersebut.
“Biar seimbang antara logika politik dan logika akademis,” katanya.
Red*