Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar
Nashir. (FOTO: Dok. Muhammadiyah)
sukabumiNews.net,
YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan,
tidak mungkin umat Islam yang mayoritas di negeri ini bisa merdeka jika dia
tidak berdaya.
Hal tersebut
diungkapkan Haedar dalam acara webinar Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI)
pada Ahad (19/10/2020).
“Tidak mungkin umat
Islam nanti setelah Indonesia merdeka kala itu (dalam Pidatonya Kiyai Dahlan)
akan berdaya jika umatnya tidak berilmu, tetapi juga tidak kuat secara fisik,
mental dan kesejahteraan,” tuturnya.
Dari situlah, tambah Haedar,
maka kemudian lahir berbagai gerakan Muhammadiyah seperti bisa disaksikan
seperti sekarang ini.
“Alhamdulillah untuk
Rumah Sakit diera pandemi ini ada 89 Rumah Sakit yang aktif menangani pandemi
Covid-19 dengan berbagai macam kesulitannya. Sehingga kalau dihitung nilai
nominal uang itu sudahsetengah triliunrupiahlebih kita (Muhammadiyah) berbuat
untuk pandemi ini,” ungkapnya.
Haedar menjelaskan
bahwa Muhammadiyah tidak terlalu muluk-muluk mengkonsepkan tentang bangsa,
tentang negara, tapi Kiai Dahlan mencoba melakukan usaha-usaha bahwa bangsa dan
negara ini bisa merdeka jika ia mempunyai kekuatan mandiri dan pilar-pilar
kemerdekaan itu juga harus dibangun di atas pendidikan.
“Nah satu diantaranya yang juga penting adalah kekuatan perempuan. Maka Kiai Dahlan bersama Nyi Walidah mendirikan ‘Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah yang mengikuti jejak Siti ‘Aisyah RA, yaitu istri yang cerdas dan berperan dalam membangun umat,” katanya.
Maka dari ‘Aisyiyah juga
lah, sambung dia, lahir berbagai Amal Usaha, seperti PAUD, TK, dan pendidikan
dasar hingga atas.
“Alhamdulillah
sekarang TK ABA berjumlah 23.000 lebih, dan bahkan sekarang sudah punya
Universitas di Yogyakarta, Surakarta dan yang terbaru Unisa Bandung,” jelas Haedar.
BACA Juga: Lihat, Aksi Heroik Marbot Masjid Tangkap Pencuri Uang Kotak Amal, Viral di Medsos
Apa yang dilakukan
‘Aisyiyah menurut Haedar telah menunjukan bahwa Islam itu memuliakan kaum
perempuan sama mulianya dengan laki-laki dan memuliakan laki-laki sama dengan
memuliakan perempuan.
“Fi ahsani taqwimdan
juga perempuan juga berhak untuk masuk surga dengan peran-peran amal salihnya
dan peran amaliyahnya,” tambahnya.
Lebih jauh Haedar
mengungkapkan, di tahun 1918 telah Muhammadiyah mendirikan Hizbul Wathan
Kepanduan Tanah Air dan dari Hizbul Wathan itu lahir Jendral Sudirman yang
merupakan tokoh dan Bapak TNI bahkan tokoh Perang Gerilya yang mengguncang
dunia.
“Ini bentuk wathaniah
atau muwathoniah, bentuk kesadaran kebangsaan Muhammadiyah dan kesadaran
tentang kewargaan Muhammadiyah. Bahwa bangsa dan negara yang merdeka itu
kewargaanya harus kuat tetapi pada saat yang sama nationnya atau sistem negara
bangsanya harus kuat,” tegasnya.
Bahkan lanjut dia, pada
titik yang paling krusial ketika ada deadlock Pancasila 1 Juni dengan Piagam
Jakarta keberatan dari Kelompok Indonesia Timur, demi bangsa dan negara Ki
Bagus Hadikusumo, Ketua PP Muhammadiyah saat itu bersama Mr Kasman Singodimedjo
lalu juga dimediasi oleh Bung Hatta dan Teuku Hasan dan tokoh-tokoh Islam yang
lain. Kemudian ada titik temu, lalu lahirlah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ menjadi
Sila Pertama.
“Dan akhirnya
kodifikasi bahwa Pancasila yang resmi adalah 18 Agustus 1945. Kompromi itu demi
bangsa dan negara dilakukan oleh tokoh-tokoh Islam dengan penentu terakhir Ki
Bagus Hadikusumo, bukti bahwa umat Islam Indonesia sejak belum Indonesia
merdeka pada titik krusial satu hari setelah Indonesia merdeka memberi sumbangan
terbesar untuk berdirinya NKRI,” paparnya.
Haedar menyimpulkan
bahwa lewat Muhammadiyah dan gerakan-gerakan Islam dan tokoh Islam yang lain,
kecintaan dan integrasi antara Islam dan Indonesia itu sudah menyatu dalam
denyut nadi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
“Tidak ada keraguan,
jadi kalau ada yang meragukan sikap wathaniah atau mu-wathaniah umat Islam
mereka tidak paham atau tidak belajar sejarah. Dan tidak paham bagaimana umat
Islam berkontribusi untuk bangsa dan negara disaat paling krusial,” tutup
Haedar, sebagaimana dikutip laman muhammadiyah.or.id, Senin (19/10/2020).
BACA Juga: Film ‘Tilik’ Karya Alumni UMY Hebohkan Jagat Maya
Pewarta: Rizalussalim
Editor: Red