Sukarelawan Dilarang Lihat Vaksin COVID-19, Tetapi Dapat Uang Rp 200 Ribu

Tiga kakak beradik menunjukan kartu peserta uji vaksin COVID-19 usai mengikuti uji klinis penyuntikan vaksin di RS Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung. (Foto: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG)

sukabumiNews.net, BANDUNG – Nina (32), salah seorang pegawai administrasi di sebuah klinik di Kota Bandung menjadi sukarelawan penyuntikan pertama uji klinis vaksin COVID-19 di RSP Unpad, Bandung, Selasa (11/8/2020) kemarin.

Selain Nina, ada 18 sukarelawan lainnya yang mengikuti uji klinis vaksin hasil kerja sama PT Bio Farma dan perusahan Tiongkok, Sinovac itu.

Nina juga mengajak kakak dan adiknya, Rohaeni (33) yang merupakan seorang ibu rumah tangga, dan adiknya Yuanan (26), yang masih kuliah.

Dia mengaku mendaftar menjadi sukarelawan secara online pada Senin (2/8).



Nina sengaja mengajak kedua saudaranya dengan harapan terhindar dari ancaman COVID-19.

“Ini untuk masa depan juga ya. Kami tidak tahu pandemi ini akan berakhir sampai kapan, jadi setidaknya kami punya benteng (kesehatan),” katanya seperti dikutip dari Radar Bandung.

Nina mengatakan, ia mau menjadi sukarelawan lantaran dorongan keinginan untuk membantu masyarakat mengakhiri pandemi.

Dia memberanikan diri menjadi sukarelawan uji klinis vaksin COVID-19 karena ia percaya bahwa pemerintah telah mengatur perihal uji klinis sebaik mungkin dan menjamin jika di kemudian hari terjadi sesuatu.

Nina mengaku disuntik di bagian bahu sebelah kiri.

Ketika ditanya bentuk atau warna cairan vaksin, Nina menjawab tidak mengetahuinya, sebab ia dilarang untuk melihat vaksin COVID-19 tersebut.

BACA Juga : Vaksin COVID-19 Sinovac China yang Mulai Diujikan ke Relawan Belum Kantongi Sertifikasi Halal MUI

Setelah disuntik, Nina mengaku tidak merasakan apa-apa, selain rasa sakit tertusuk jarum.

Oleh petugas, ia diberitahu akan dihubungi kembali untuk penyuntikan tahap kedua, yakni 14 hari ke depan.

“Saya masuk ke grup WA (sukarelawan),” ucapnya.

Nina mengaku, masing-masing dari mereka diberi uang Rp 200 ribu. “Katanya ini untuk mengganti transportasi dan waktu kami,” tuturnya.

“Sebelum penyuntikan kami mengisi dulu data, lalu dicek kondisi kesehatan, dan rapid test dulu. Setelah hasil rapid test keluar, kami baru disuntik,” imbuh Nina.

Dia berharap uji klinis vaksin COVID-19 yang dilakukan berhasil, sehingga bisa segera memulihkan kondisi yang kini dianggapnya begitu sulit dan serba terbatas.

“Semoga pandemi cepat selesai,” harap Nina. (Jpnn)

BACA Juga : Jokowi Berharap, Januari 2021 Bisa Produksi Vaksin Corona

Pewarta : Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2020

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال