Shalat berjamaah. (Ilustrasi) |
Cita-cita luhur perjuangan dalam Islam mesti dilandasi niat yang ikhlas. Pahlawan adalah orang yang ikhlas mengorbankan jiwa, raga, ilmu, dan hartanya demi meraih dan mewujudkan cita-cita perjuangan.
sukabumiNews.net, Oleh: Muhbib Abdul Wahab
Jika disebut kata
pahlawan, setidaknya asosiasi kita tertuju kepada dua hal: perjuangan dan
pengorbanan. Dua kata ini memang sulit dipisahkan, karena setiap perjuangan
pasti menuntut adanya pengorbanan.
Akan tetapi,
pengorbanan tidak mungkin terwujud jika tidak disertai keikhlasan. Jadi,
pahlawan adalah orang yang ikhlas mengorbankan jiwa, raga, ilmu, dan hartanya
demi meraih dan mewujudkan cita-cita perjuangan.
Perjuangan itu
multidimensi. Ada perjuangan meraih kemerdekaan, perjuangan membela akidah
(agama) Islam, perjuangan mencerdaskan anak-anak bangsa, hingga perjuangan
membela kebenaran dan hak-hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bertanah
air. Semua ragam perjuangan itu mulia dan merupakan fitrah setiap manusia.
Dikisahkan, ada
seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, ''Ya Rasul, tahukah
engkau orang yang berperang untuk mencari pahala dan popularitas? Apa yang
didapatkan oleh orang seperti itu?'' Rasul menjawab, ''Dia tidak mendapat
apa-apa.'' Orang itu mengajukan pertanyaan yang sama hingga tiga kali dan Rasul
pun memberi jawaban yang sama. Rasul lalu menegaskan, ''Sesungguhnya Allah tidak
akan menerima amal (perjuangan), kecuali yang ikhlas dan semata-mata mengharap
ridha-Nya.'' (HR Muslim).
Ranah kepahlawanan
itu luas dan terbuka. Yang terpenting adalah pertama, menyucikan komitmen
spiritual (niat) dalam melakukan segala aktivitas. Cita-cita luhur dan
perbuatan harus berangkat dari panggilan iman yang direspons oleh hati yang
tulus ikhlas untuk mewujudkan cita-cita mulia itu.
Kedua, tujuan utama
dalam merealisasikan perjuangan adalah menjunjung tinggi kalimah (agama) Allah,
bukan mencari popularitas dan ambisi duniawi. Perjuangan meraih cita-cita luhur
itu bernilai heroik jika dikawal oleh semangat mahabbatullah (cinta Allah).
Cinta Allah--dan
tentu saja cinta Rasul-Nya--merupakan sumber energi dan inspirasi yang tidak
pernah padam. Pahlawan yang hakiki akan selalu berbuat yang terbaik dan paling
dapat memberi manfaat bagi umat manusia karena cintanya yang tulus kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya.
Ketiga, meraih dan
membela kemuliaan diri dan agama merupakan visi pahlawan sejati. Ia
mendedikasikan dan mengorbankan segala yang dimilikinya bukan untuk mewujudkan
ambisi pribadi atau kepentingan duniawi. Pahlawan sejati tidak pernah takut
jatuh miskin, tetapi selalu menunjukkan kekayaan hati dan keluhuran jiwa.
Agenda perjuangan
adalah memberi dan memberi (give and give more), bukan meminta dan mengharap
imbalan. Memberi yang terbaik adalah memberi keteladanan dengan akhlak mulia,
bukan memberi materi. Karena, keteladanan yang baik itu abadi, sedangkan materi
itu nisbi dan tidak abadi. Semoga kita bisa meneladani perjuangan para pahlawan
kita.
BACA Juga : KH Ahmad Sanusi Pemikir dan Penggerak Islam dari Sukabumi
BACA Juga : KH Ahmad Sanusi Pemikir dan Penggerak Islam dari Sukabumi
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID