sukabumiNews.net, KOTA SUKABUMI – Permainan Bola Leungeun Seuneu (Boles) menjadi olahraga tradisional yang akan dipromosikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.
Olah raga ini juga dipastikan akan masuk dalam agenda Gelar Seni Budaya Virtual 2020 sesuai Surat Pemberitahuan Pemerintah melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nomor : 431/1289-Kebudayaan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dedi Taufik menjelaskan bahwa Gelar Seni Budaya Virtual 2020 ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan objek pemajuan kebudayaan Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Maka dari itu, karya tersebut akan menjadi data base kebudayaan Jawa Barat dan akan dipublikasikan di Media yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat," kata Dedi Taufik melalui Surat Pemberitahuan Pemerintah secara Resmi, Selasa (28/7/2020).
Menanggapi surat pemberitahuan ini, Pendiri Museum Prabu Siliwangi yang sekaligus Pencipta Permainan Bola Leungeun Seuneu (Boles) KH. Fajar Laksana menyambut baik Surat Pemberitahuan tersebut.
BACA Juga : Museum Prabu Siliwangi Diikutsertakan Pada Pameran Benda Pusaka di Tangerang
Selanjutnya, Ia membentuk Tim Film Dokumenter untuk membuat Short Video berdurasi 15 menit meliputi Penjelasan Permainan, Teknik Permainan, Aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh para pemain, serta Kombinasi Silat dan alunan musik tradisional, Cambuk Api dan Ngagotong Lisung.
Menurut KH Fajar, permainan Boles ini berawal dari Abad ke-13 dan 14, ketika Zaman Padjadjaran. "Dahulu, namanya "Nyonyo-o Seuneu", diambil dari permainan harimau yang sedang mempermainkan api yang kemudian diexplore serta dikembangkan oleh para jawara," jelasnya kepada sukabumiNews, Rabu (28/7/2020).
Permainan ini juga kata Fajar, dipakai untuk Demonstrasi para jawara dan upacara-upacara di Kerajaan Padjadjaran.
“Boles ini mempermainkan Bola Api yang terbuat dari kelapa yang telah dikeluarkan airnya dan dikeringkan serta direndam dalam minyak tanah selama satu hari, kemudia kelapanya dibakar, lalu dipermainkan," terangnya.
Selanjutnya, para pemain memakai media obat herbal agar tidak terbakar tangannya. Obat Herbal tersebut lanjut Fajar, terdiri dari Daun Sirih, Bawang Putih, dan Jeruk Nipis yang dimasukkan kedalam ember berisi air.
"Kemudian air tersebut diaduk sampai rata, dan ketika akan bermain harus dibalur terlebih dahulu ke tangan sehingga akan tahan panas dan tidak akan terbakar,” bebernya.
Kini kata dia, Permainan Boles ini dikembangkan oleh Perguruan Silat Maung Bodas dan para Santri Ponpes Dzikir Al Fath serta Perguruan-Perguruan Silat Cabang.
Dikatakan Fajar, ada syarat yang tidak boleh dilanggar oleh Pemain Boles ini, dimana pemain dilarang memegang bola terlalu lama dan bola tersebut harus dilempar secara lambung.
"Ketika mengoper bola pun tidak boleh dipukul melainkan harus dilambungkan, ditangkap lalu dibawa. Lama permainan 5 menit dalam satu babak, dan dilaksanakan selama 2 babak. Kemudian, aturan permainannya kalau menyentuh kaki kena pelanggaran,” ulasnya.
Lebih lanjut Pengasuh Pesantren Dzikir Alfath ini juga menjelaskan, seperti dalam permainan olah raga yang lainnya, sebelum melaksanakan permainan atau pertandingan, Permainan Boles juga memualinya dengan melaksanakan pemanasan uji ketahanan tubuh dan permainan silat.
"Maka para pemain harus mampu dicambuk dengan api menunjukan kekuatannya. Permainan silat tersebut dibarengi alunan musik tradisional sehingga mengalir indah dan menarik perhatian penonton," jelasnya Pendiri Museum Prabu Siliwangi tersebut.
BACA Juga : Organisasi Pemuda Karismatic Ramaikan Peresmian Taman Desa Batununggal dengan Pencak Silat dan Boles
Pewarta : Gilang R
Editor : Azis R/Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2020
Olah raga ini juga dipastikan akan masuk dalam agenda Gelar Seni Budaya Virtual 2020 sesuai Surat Pemberitahuan Pemerintah melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nomor : 431/1289-Kebudayaan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dedi Taufik menjelaskan bahwa Gelar Seni Budaya Virtual 2020 ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan objek pemajuan kebudayaan Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Maka dari itu, karya tersebut akan menjadi data base kebudayaan Jawa Barat dan akan dipublikasikan di Media yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat," kata Dedi Taufik melalui Surat Pemberitahuan Pemerintah secara Resmi, Selasa (28/7/2020).
Menanggapi surat pemberitahuan ini, Pendiri Museum Prabu Siliwangi yang sekaligus Pencipta Permainan Bola Leungeun Seuneu (Boles) KH. Fajar Laksana menyambut baik Surat Pemberitahuan tersebut.
BACA Juga : Museum Prabu Siliwangi Diikutsertakan Pada Pameran Benda Pusaka di Tangerang
Selanjutnya, Ia membentuk Tim Film Dokumenter untuk membuat Short Video berdurasi 15 menit meliputi Penjelasan Permainan, Teknik Permainan, Aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh para pemain, serta Kombinasi Silat dan alunan musik tradisional, Cambuk Api dan Ngagotong Lisung.
Menurut KH Fajar, permainan Boles ini berawal dari Abad ke-13 dan 14, ketika Zaman Padjadjaran. "Dahulu, namanya "Nyonyo-o Seuneu", diambil dari permainan harimau yang sedang mempermainkan api yang kemudian diexplore serta dikembangkan oleh para jawara," jelasnya kepada sukabumiNews, Rabu (28/7/2020).
Permainan ini juga kata Fajar, dipakai untuk Demonstrasi para jawara dan upacara-upacara di Kerajaan Padjadjaran.
“Boles ini mempermainkan Bola Api yang terbuat dari kelapa yang telah dikeluarkan airnya dan dikeringkan serta direndam dalam minyak tanah selama satu hari, kemudia kelapanya dibakar, lalu dipermainkan," terangnya.
Selanjutnya, para pemain memakai media obat herbal agar tidak terbakar tangannya. Obat Herbal tersebut lanjut Fajar, terdiri dari Daun Sirih, Bawang Putih, dan Jeruk Nipis yang dimasukkan kedalam ember berisi air.
"Kemudian air tersebut diaduk sampai rata, dan ketika akan bermain harus dibalur terlebih dahulu ke tangan sehingga akan tahan panas dan tidak akan terbakar,” bebernya.
Kini kata dia, Permainan Boles ini dikembangkan oleh Perguruan Silat Maung Bodas dan para Santri Ponpes Dzikir Al Fath serta Perguruan-Perguruan Silat Cabang.
Dikatakan Fajar, ada syarat yang tidak boleh dilanggar oleh Pemain Boles ini, dimana pemain dilarang memegang bola terlalu lama dan bola tersebut harus dilempar secara lambung.
"Ketika mengoper bola pun tidak boleh dipukul melainkan harus dilambungkan, ditangkap lalu dibawa. Lama permainan 5 menit dalam satu babak, dan dilaksanakan selama 2 babak. Kemudian, aturan permainannya kalau menyentuh kaki kena pelanggaran,” ulasnya.
Lebih lanjut Pengasuh Pesantren Dzikir Alfath ini juga menjelaskan, seperti dalam permainan olah raga yang lainnya, sebelum melaksanakan permainan atau pertandingan, Permainan Boles juga memualinya dengan melaksanakan pemanasan uji ketahanan tubuh dan permainan silat.
"Maka para pemain harus mampu dicambuk dengan api menunjukan kekuatannya. Permainan silat tersebut dibarengi alunan musik tradisional sehingga mengalir indah dan menarik perhatian penonton," jelasnya Pendiri Museum Prabu Siliwangi tersebut.
BACA Juga : Organisasi Pemuda Karismatic Ramaikan Peresmian Taman Desa Batununggal dengan Pencak Silat dan Boles
Pewarta : Gilang R
Editor : Azis R/Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2020