Enam Nilai-nilai Moral Jahiliyah di Sekitar Kita

Seperti apa saja nilai moral ‘kejahiliyahan’ yang telah menyebar di dikalangan manusia, abad ini?
sukabumiNews.net, KHAZANAH kehidupan dunia saat ini seperti awan kelabu. ‘Kejahiliaan modern’ dipenuhi dengan kesombongan dan mudah putus asa. Memasuki fase kehidupan di dunia tentu penuh tantangan. Tantangan lahiriyah maupun tantangan ilahiyah.

Nabi Adam pun mendapatkan kedua tantangan tersebut. Apalagi kita sebagai umat manusia era modern yang penuh dengan fitnah yang penuh dengan jalan nilai-nilai jahiliyah.

Seperti apa saja nilai moral ‘kejahiliyahan’ yang telah menyebar di dikalangan manusia, abad ini?

Allah Subhanahu Wata’ala memberikan gambaran dan pentunjuk kepada hambanya jangan sampai terlena. Pilihannya dua nilai (value) yaitu fasik atau takwa.

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا  فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا  قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا  وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS: al-Syams [91]: 7-10).

Tata nilai moral apakah yang menjerumuskan manusia  sehingga mendapat julukan moral jahiliyah ada pada dirinya? Ada enam hal yang perlu dicermati.

Pertama, kemalasan

Dari arti malas, tak beraktifitas. Usaha yang melumpuhkan atau melemahkan pola pikir sehingga tidak mau beraktifitas. Cukup dengan menengadahkan tangan tanpa berbuat sesuatu yang membangkitkan hati dan pikiran. Malas tak mampu menggerakkan potensi diri termasuk iman dan akhlak. Hal inilah yang mnejerumuskan seseorang menjadi jahiliyah.

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS: Al-Ma’arij; 19-21)

Kedua, takabur (Sombong dan arogan)

Orang-orang jahiliyah kerapkali dibuai oleh ilusi dan kebesaran dirinya, karena nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Tetapi mengingkari bahkan menyatakan diri sebagai hasil karya atau hasil kerjanya sendiri. Akibatnya, kepemilikan yang diperolehnya adalah hasil dari aktifitasnya sendiri tanpa menghiraukan orang lain ikut membantu. Apalagi merasa terbantu bahkan ingkar atas keterlibatan  Allah atas kesuksesan dirinya.

وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ

Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS: Al Baqoroh [2]: 206)

Ketiga, pendendam

Mendendam adalah salah satu perbuatan untuk selalu berhadapan dengan orang lain dengan sepenuh kesalahan. Seperti tak ada benarnya dengan orang lain.

Mengenai hal ini, Rasulullah bersabda, “Apabila ada seseorang yang mencacimu atau menjelek-jelekanmu dengan aib yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah kamu balas memburukkannya dengan aib yang kamu ketahui ada padanya. Maka pahalanya untuk dirimu dan dosanya untuk dia.” (HR: Al Muhamili dalam Amalinya no 354, Hasan).

Islam melarang umatnya untuk memiliki sifat pedendam. Mengapa? Karena sifat pedendam hanya akan membuat seseorang kehilangan akhlaknya dan membuat dirinya semakin jauh kepada Allah SWT. Sangat jelas bahwa Allah SWT dan Rasulullah sangat benci orang-orang yang berperilaku dendam. Allah SWT menganjurkan untuk saling memaafkan.

Keempat, berputus Asa

Berputus asa dari rahmat Allah sangat dilarang dalam Islam. Seberapa pun besar dan banyak dosa yang pernah kita lakukan, ampunan dan rahmat Allah masih lebih besar dan lebih banyak lagi. Tidak ada dosa yang tidak diampuni oleh Allah selama kita berusaha sungguh-sunguh untuk bertaubat kepada-Nya.

Begitu pula kita tidak boleh membuat orang lain berputus asa dari ampunan dan rahmat Allah. Apalagi membuat orang lain merasa bahwa dirinya berhak mendapatkan kutukan, azab dan siksaan dari Allah akibat dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, dia berkata bahwa Nabi pernah bersabda;

الفاجر الراجي رحمة الله تعالى اقرب الى الله تعالى من العابد المقنط

Orang yang jahat namun senantiasa mengharap rahmat Allah, itu lebih dekat dengan Allah dibanding orang yang senantiasa beribadah namun membuat orang lain berputus asa dari rahmat-Nya.”

Kelima,  rakus

Manusia sangat mencintai harta dan akan terus senantiasa mencarinya, tidak merasa puas dengan yang sedikit, manusia sangat tamak kepada harta dan panjang angan-angan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” [QS: Al-Fajr/89:20]

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.” [QS: Al-‘Âdiyât/100:8]

Hati orang tua menjadi pemuda karena dua hal, yaitu cinta dunia dan panjang angan-angan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi bersabda:

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ

Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.”  (HR. Al-Bukhâri, no. 6420 dan Muslim, no. 1046 (114).

Keenam, kemunafikan

Golongan munafik yang berada dalam tubuh umat Islam menyimpan banyak strategi dan siasat yang begitu licik tanpa peduli halal-haram. mereka adalah mata-mata yang menyesatkan. Mereka adalah mata orang-orang kafir dan musuh Islam yang sengaja ditanam

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS: Al-Baqarah: 9)

Allah ‘azza wajalla telah mengungkap banyak sifat munafik di banyak tempat dalam al-Quran. Sifat-sifat munafik yang ditunjukkan oleh Allah ‘azza wajalla inilah yang dapat dijadikan acuan bagi orang mukmin untuk mendeteksi keberadaan mereka di balik persembunyiannya di dalam tubuh barisan kaum muslimin.*/ Akbar Muzakki

Rep: Hidayatullah/Insan Kamil
Editor: Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2020

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال