Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas. (Istimewa) |
sukabumiNews.net,
JAKARTA – Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas menyebut
Indonesia menerapkan sistem otoritarianisme gaya baru sejak periode pertama
pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sistem tersebut tercermin dari
beberapa hal.
Salah satunya,
politisasi TNI dan Polri yang dilakukan Pemerintahan Presiden Jokowi. Mantan
pimpinan KPK itu mengatakan reformasi sebenarnya telah berhasil membersihkan
praktik Orde Baru yang melegalkan dwifungsi ABRI.
Namun praktik itu
kembali dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun belakangan. "Dulu TNI
sudah berhasil dibersihkan dari dwifungsi, sekarang multifungsi dilakukan oleh
Polri. Ada beberapa pejabat polisi yang menjabat BIN dan sebagainya. Mantan
polisi jadi pejabat Pramuka, PSSI, Bulog," ucapnya dalam webinar 'Mimbar
Bebas Demokrasi Melawan Oligarki', Ahad (14/6/2020).
Karena masalah
itulah, Busyro menyebut rezim Jokowi sekarang ini tidak layak lagi disebut
dengan era reformasi. Sebab di era Jokowi sejumlah gejala otoritarianisme di
era Orde Baru kembali mengemuka.
"(Tahun) 2015
itu awal tahun pertama hasil pemilu yang dimenangi oleh Presiden Joko Widodo.
Apa yang terjadi sampai sekarang? Itu adalah bentuk otoritarianisme gaya baru
atau neoauthoritarianism," kata Busyro.
Busyro menyampaikan
praktik otoritarianisme yang subur kembali di era pemerintahan sekarang ini
diharapkan tidak membuat semua elemen tidak kendur.
"Masak sih kita
lelah? Orang-orang koruptor politik, koruptor ekonomi, koruptor hukum, koruptor
aparat penegak hukum tidak pernah lelah, mereka sehat, masa kita yang
lemah," kata Busyro, dikutip sukabumiNews dari Gelora.co, Senin
(15/6/2020).
BACA : UAS Sebut Ada yang Mau Ngetes Umat Islam dengan RUU HIP; Maka Perlu Kita Nampakkan Taring
BACA : UAS Sebut Ada yang Mau Ngetes Umat Islam dengan RUU HIP; Maka Perlu Kita Nampakkan Taring
Pewarta : Gelora
Editor : Red.
COPYRIGHT ©
SUKABUMINEWS 2020