Pasukan Ottoman di Andalusia. (Gambar: Ilustrasi) |
Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis Buku dan
Traveller.
"La Grande Aquila è Morto- Elang Perkasa itu
sudah mati," secarik pesan pendek itu disampaikan pada Paus yang sudah
menanti dengan harap-harap cemas.
Kabar itu disambut dengan gegap gembita di Eropa.
Meriam-meriam ditembakkan dan lonceng-lonceng gereja dibunyikan, penduduk
berpesta selama tiga hari berturut-turut. Kematian yang begitu dinantikan.
Hari itu, 3 Mei 1481 dunia Islam berduka. Sang
Pembebas mangkat. Di tengah persiapan menyelesaikan misi terbesar kedua yang
sudah diimpikan sejak belia: membebaskan Roma.
Misi pertama telah diselesaikan 28 tahun sebelumnya.
Seperti yang dinubuwatkan Rasulullah SAW di Perang Tabuk. Pemimpin terbaik
dengan pasukan terbaik yang akan membebaskan Konstantinopel. Dan kehormatan itu
didapat Sultan Muhammad Al Fatih bersama pasukannya.
Tujuan berikutnya setelah Konstnastinopel yang
kemudian diganti nama menjadi Islambol, yang sekarang disebut Istanbul, adalah
Roma. Berturut-turut negeri-negeri di sekitar berhasil dibebaskan. Tahun 1479,
pasukan besar itu telah sampai di perbatasan Italia di sebelah utara Venesia.
Tahun 1480 kota Otranto direbut. Kota Roma tinggal sejengkal mata.
Qadarallahu wa maa sya'a fa'al: takdir Allah adalah
apa yang dikehendakiNya dan itu pasti terjadi.
Di tengah persiapan jihad itu, penyakit radang sendi
yang diderita Sultan sejak tahun 1470 makin parah. Hingga malaikat maut
menjemputnya di usia 49 tahun.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Bilakah misi itu terpenuhi?
Ulama terkemuka, Syekh Yusuf Al-Qaradhawi, memberikan
catatan khusus tentang Italia, lebih spesifik tentang penaklukan ibukota Romawi
itu (Roma).
Bukan dengan meriam dan mesiu, melainkan dengan pena,
buku, dan ilmu pengetahuan. "Penduduk negeri itu akan masuk Islam dengan
kesadaran sendiri dengan semakin gencarnya penyebaran informasi tentang Islam
di dunia ini," ungkap Ketua Persatuan Ulama Sedunia itu.
Bulan Ramadhan ini, di tengah pandemi yang belum
kunjung teratasi, syiar dakwah melalui sosial media begitu marak di sana.
Seperti yang disampaikan Imam Izzedin Elzir dari Florence sekaligus eks
President Union of Islamic Communities dan Organizations, Imam Amar Abdallah
dari Naples dan imam masjid Al-Wahid di Milan, Yahya Pallavicini, pada Arab
News.
"Ini akan menjadi Ramadhan yang berbeda. Kondisi
terkini di Italia dan seluruh dunia memaksa kita untuk tetap tinggal di rumah,
namun syiar dakwah tetap bisa dilakukan melalui sosial media.”
Yang menarik adalah seruan Asosiasi Nasional Muslim
Italia (ANMI). Asosiasi ini mengimbau umat Islam di Italia untuk melakukan
adzan dari balkon apartemen masing-masing setiap Jumat pukul 18.00 waktu
setempat.
Kegiatan itu diizinkan otoritas setempat dan
diharapkan menjadi cara bagi masyarakat Italia untuk merajut ukhuwah serta
bagian dari doa yang dipanjatkan bersama.
MasyaAllah.
Allah sisakan satu pahala bagi generasi kita untuk
menggenapkan misi yang belum terselesaikan oleh Sultan Muhammad Al Fatih
sebelumnya.
Biidznillah.
Artikel ini sebelumnya telah ditulis di
Republika.co.id
Editor: Red.
COPYRIGHT
© SUKABUMINEWS 2020