Pasukan Garda Revolusi Iran - (AP) |
sukabumiNerws.net,
TEHERAN – Setiap tahunnya, orang Iran mendedikasikan hari khusus untuk Israel.
Hari itu disebut sebagai Hari Al Quds, atau nama lainnya Hari Hancurkan Israel.
Seorang komentator
politik, Micah D Halpern, dalam artikelnya yang diunggah The Jerussalem Post
menyebutkan, rasa benci terhadap Israel memberikan Iran sebuah tujuan besar.
Kepemimpinan Iran
saat ini memiliki visi ingin menjadi pemimpin seluruh Muslim di dunia.
Pembawa acara peogram
Thinking Out Loud di JBS TV ini menyebut, Iran ingin semua pengikut Muslim
Sunni di dunia mengikuti jejak mereka. Fakta bahwa Iran adalah negara Syiah dan
mayoritas Muslim dunia lainnya adalah Sunni, ini adalah mimpi yang sangat
besar.
"Membuat Sunni
menerima kepemimpinan Iran, hampir mustahil. Mengingat sejarah, perpecahan,
serta perbedaan penting dan mendasar di antara mereka," tulis Micah
dikutip Republika dari The Jerussalem Post, Selasa (26/5/2020).
Meski demikian, Iran
optimis jika mereka memiliki tujuan yang sama, terlebih musuh yang sama, maka
ada kemungkinan Sunni akan sejalan dengan mereka. Bersamaan dengan itu, tujuan
Iran memimpin Muslim dunia akan terlaksana.
Israel dianggap
memegang peranan penting di sini. Iran dan dunia Arab membenci negara tersebut.
Keduanya memiliki keinginan menghancurkan Israel.
Kebencian dan
keinginan untuk menghancurkan Israel menjadi hal yang menghubungkan Iran dengan
seluruh dunia Arab. Kebencian ini dinilai lebih kuat dari semua partikel yang
membedakan mereka. Rasa benci ini, dinilai menjadi harapan Iran, kendaraan yang
akan mendorong mereka pada kekuasaan.
"Untuk itu,
kepemimpinan Iran mempromosikan program anti-Israel. Hari Al Quds adalah salah
satu program mereka yang paling menonjol dan menjanjikan," lanjut
Micah.
Program ini membawa
Iran menghadapi dunia Arab secara langsung. Dan untuk mendukung agenda
tersebut, seluruh materi yang berkaitan dengan Hari Al Quds juga diterbitkan
dalam bahasa Arab, selain bahasa asli Iran, Persia.
Iran Al Quds Day
tahun ini berjalan di tengah-tengah kebijakan pembatasan dan jaga jarak sosial
akibat Covid-19. Korps Pengawal Revolusi Islam mengorganisir aksi unjuk rasa di
ratusan kota besar dan kecil di seluruh Iran.
Proses unjuk rasa
dilakukan dengan membawa mobil. Ada juga aksi unjuk rasa virtual dan pidato
daring di setiap kota. Orang-orang Iran yang berada di rumah karena aturan
tinggal di rumah, masih bisa menunjukkan kebencian mereka dan berpartisipasi
dalam hari istimewa ini.
Pemimpin Tertinggi
Iran, Ayatollah Ali Khamenei lantas menambahkan sentuhan baru untuk perayaan
hari itu. Dia menugaskan pemasangan poster di situs webnya, yang kemudian
disebarluaskan secra daring dan digantung di seluruh negeri. Poster itu
berbunyi, "Palestina akan bebas. Solusi terakhir. Perlawanan adalah
referendum".
Poster itu dapat
dilihat di layar depan situs web Ayatollah. Pesan tersebut ditulis dalam bahasa
Farsi, bahasa Arab serta bahasa Inggris. Solusi terakhir atau The final
solution adalah referensi untuk Hitler dan Holocaust. Ini bukan pertama kalinya
Iran mempermainkan referensi Holocaust.
Sebelumnya mereka
telah mensponsori konferensi yang menolak Holocaust dan mengadakan kontes
kartun yang mencakup penolakan Holocaust.
Kepemimpinan Iran
tahu betul sejarah Holocaust yang menjadi bagian dari sejarah Eropa. Dengan
menolak Holocaust dan berjanji untuk membunuh orang-orang Yahudi, baik Yahudi
Israel atau semua orang Yahudi, Iran berharap mendapatkan semakin banyak
dukungan untuk kepemimpinan mereka di seluruh dunia Arab.
Micah menyebut Iran
saat ini sedang bekerja keras. Dengan cara yang sama ketika orang-orang
cenderung berteriak lebih keras saat kehilangan argumen, kepemimpinan Iran
meningkatkan retorika terhadap Israel.
Hal ini dilakukan
setelah melihat banyak negara Arab yang secara tradisional dan historis
membenci Israel, baru-baru ini berubah arah dan bersatu dengan AS serta Israel
untuk melawan Iran.
"Iran
meningkatkan kehadiran mereka secara virtual. Hal ini dilakukan meski ada
keberatan dari sisi agama untuk menggunakan Internet dalam teologi
fundamentalis mereka," tulis Micah.
Iran pada akhirnya
belajar bahwa internet merupakan satu-satunya cara untuk menjangkau kaum muda
di seluruh dunia. Belakangan, mereka juga mengetahui jika pemudi Iran banyak
yang tidak sepaham dengan ide-ide kepemimpinan Iran.
Pewarta/Editor : Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2020