sukabumiNews.net, JAKARTA – Presiden Joko Widodo, Rabu
(13/5/2020) kemarin menyempatkan meninjau langsung pelaksanaan penyaluran
bantuan sosial di Kantor Pos Jalan Ir. H. Juanda, Kota Bogor. Presiden mengakui
masih terdapat persoalan data penerima dalam penyaluran bantuan sosial.
"Memang ada satu sampai tiga yang berkaitan
dengan data itu masih belum bisa diperbaiki (di tahap pertama). Tapi saya kira
nanti pada tahapan kedua bulan depan Insya Allah akan lebih baik lagi,"
kata Jokowi dalam keterangan pers.
Data yang amburadul menjadi persoalan bagi penyalur
bantuan di bagian hilir, yaitu ketua Rukun Tetangga (RT). Mereka berharap ada
perbaikan di tahap penyaluran berikutnya.
Perbaikan data ini nantinya akan dilakukan bersama
antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penyaluran bantuan sosial.
Tak kurang dari 10 kilometer dari lokasi Presiden
Jokowi memantau bantuan uang, Iman Himadudidas sedang berkumpul bersama tiga
anaknya yang masih kecil. Iman merupakan salah satu ketua RT di Kelurahan
Cikaret, Bogor Selatan. Dia sudah dua bulan lebih tidak bekerja di salah satu
lembaga pendidikan untuk kajian Islam.
"Kajian Islam dan Dakwah, jadi kelas-kelasnya
diliburkan total 100 kelas. Dulu kita di kabupaten dan kota Bogor," kata
Iman seperti diberitakan BBC News Indonesia.
Iman mengaku selama tak bekerja, ia hanya bertumpu
dari bantuan sanak saudara. "Yang kira-kira saudara mampu, saya mohon
tolong saja. Saya juga kebingungan untuk (kebutuhan) sehari-hari,"
katanya.
Di lingkungan RT-nya, terdapat sekitar 60 keluarga.
Menurut Iman, hampir separuhnya menjadi korban PHK atau sedang dirumahkan dari
pekerjaan. Namun, tak satu pun tercatat menerima bantuan sosial tunai.
"Kalau RT saya, bantuan langsung tunai itu belum dapat dari Jokowi,"
katanya.
Dari 60 keluarga di RT ini, kata Iman, penerima bantuan
tercatat hanya empat keluarga. Itu pun dari pemerintah daerah setempat.
Satu keluarga menerima bantuan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat berupa sembako senilai Rp350.000 dan uang tunai Rp150.000. Sementara
itu, tiga keluarga mendapat bantuan langsung tunai dari Pemkot Bogor
masing-masing Rp500.000.
Sebelumnya, Iman sudah mengajukan semua warganya yang
terdampak Covid-19 ke dalam daftar baru penerima bantuan sosial ke kelurahan
setempat. Tapi, hanya empat nama keluarga yang keluar sebagai penerima bantuan.
"Tapi data yang kita ajukan, nggak semua dapat.
Hanya beberapa orang, dan tidak bisa diintervensi pihak RT," kata Iman.
Iman mengaku mendapat tekanan berupa
pertanyaan-pertanyaan dari warga yang belum mendapat bantuan.
"Pak itu kok sudah, saya belum, kapan. Saya kan
juga bingung menjawabnya, saya tanya ke kelurahan, kelurahan juga bingung
jawabnya," kata Iman.
Data amburadul
Data yang tidak valid ini bisa jadi masalah tersendiri
bagi sejumlah para ketua RT di Jakarta. Sebelumnya, sejumlah penyaluran bantuan
sosial tidak tepat sasaran, seperti diungkap Ketua RT 10 RW 08 di Cipulir,
Jakarta Selatan, Dedi Haryanto.
"Ada yang kaya banget itu masuk. Karena orang
kaya banget, mobil empat dapat kan bagaimana gitu. Tapi saya coret itu daftar
ulang lagi, saya kembalikan diverifikasi," katanya, Rabu (13/05/2020).
Dedi juga bercerita terdapat kekisruhan di RT lain terkait
penyaluran bantuan sosial, karena penerimanya itu-itu saja.
"Di RW 07, jadi yang dapat itu-itu terus,
sedangkan warga yang sisa belum kebagian saja masih ratusan. Makanya pada
ribut. Kasian Pak RT-nya. Kita yang ketiban pulung, memang dapat dari sananya,
seperti itu," lanjut Dedi.
Akhirnya, kata Dedi, satu RW di Cipulir menyepakati
untuk melebur semua bantuan yang datang, dan membagikan merata kepada seluruh
warga. "Itu semuanya pada butuh zaman sekarang kan," katanya.
Kesepakatan ini juga bukan tanpa sebab. Dedi mengaku
sudah mengajukan data tambahan dan perubahan, akan tetapi "yang keluar
data pertama lagi."
Pengalaman serupa dihadapi ketua RT di Cibubur,
Jakarta Timur, Rusnadi. Kata dia, sejumlah warga yang tidak mendapatkan bansos
mendatangi kediamannya. "Kalau dapat-nggak dapat saya juga nggak mengerti.
Ini data dari dinas sosial," katanya.
Rusnadi berharap, data penerima bantuan bisa berubah
pada penyaluran tahap kedua, supaya seluruh warga mendapat keadilan.
"Kita agak kerepotan juga, masak sih yang itu-itu
juga? Saya juga maunya digilir. Cuma gitu, kita nggak bisa teriak ke mana-mana,
mengadunya ke mana, saya juga nggak tahu," katanya.
BBC News Indonesia berusaha untuk menghubungi Kepala
Dinas Sosial Jakarta, Irmansyah. Akan tetapi, tidak mendapat respons.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Irmansyah
mengatakan akan menambah penerima bantuan sosial (bansos) tahap kedua.
Penambahan penerima semula tahap pertama 1,2 juta keluarga menjadi dua juta
keluarga pada tahap kedua.
"Tahap kedua akan bertambah, sedang dilakukan
pendataan, sementara kurang lebih dua juta penerima," kata Irmansyah saat
rapat bersama DPRD DKI, pekan lalu.
Kriteria yang menjadi penerima adalah warga DKI
berpenghasilan di bawah Rp5 juta.
Irmansyah juga mengatakan akan mengurangi salah
sasaran penerimaan bansos di tahap kedua. Kata dia, Pemprov DKI Jakarta akan
terus menerus memutakhirkan data.
"Jadi verifikasi di lapangannya dengan kita
dengan Kemensos untuk tahap kedua, dari RW akan ada kriteria-kriterianya,"
katanya. (FOTO: Bansos siap diedarkan ke penerima terdampak
corona - Okezone)
Pewarta : Amr
Editor : Red.
COPYRIGHT
© SUKABUMINEWS 2020