Teten bersama ibu kandunganya, Enjeh. |
Selama ini, Teten yang tinggal bersama ibunya, Ejeh
(80) di rumah bilik yang berukuran kecil ini diketahui sebagai tukang (penjual)
kayu bakar di kampungnya. Sedangkan penghasilan dari jualan kayu seharga Rp15
ribu/ikatnya juga kini semakin menurun lantaran kurangnya peminat.
Pelanggannya sudah banyak yang beralih, lebih memilih menggunakan
tabung gas subsidi dari pada menggunakan kayunya yang dijual Rp15 ribu/ikat
itu. “Mau mencari pekerjaan yang lain, sangat susah, pak,” ucap Teten kepada
sukabumiNews, Senin (23/3/2020) dengan haru.
Selain itu tutur dia, orang lain maupun pelanggannya sendiri mungkin
merasa jijik melihat sosoknya yang penuh dengan benjolan. "Jadi, jangankan untuk berobat, untuk makan
sehari-hari saja susah menunggu belas kasihan warga setempat. Tapi saya udah terbiasa
bila tidak memakan nasi, cukup dengan makan singkong rebus," ungkapnya.
Lebih lanjut Teten menceritakan bahwa sebelumnya,
penyakit yang kini dialaminya sudah dideritanya sejak usia 18 tahun. Awalnya papar Teten, di bagian dagunya terdapat satu
benjolan.
Lantaran merasa malu dengan benjolan yang semakin membesar itu, Teten, akhirnya memotong sendiri benjolan tersebut. Namun setelah dipotong, bukannya menghilang, malah bertambah banyak.
Lantaran merasa malu dengan benjolan yang semakin membesar itu, Teten, akhirnya memotong sendiri benjolan tersebut. Namun setelah dipotong, bukannya menghilang, malah bertambah banyak.
"Waktu itu saya pun bergegas berobat ke puskesmas
Purabaya dan Dokter Puskesmas memberikan rujukan untuk menindak lanjuti
pengobatan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin, SH. pada hari Senin (16/32019)
lalu," bebernya.
Saat itu juga lanjut Teten, ia menjalani operasi sebanyak dua
kali di RSUD R Syamsudin, SH., yang ditangani langsung oleh dokter spesialis
ahli bedah kulit lantaran dianggap penyakitnya sudah kronis.
“Saya bingung untuk menutupi biaya operasional sehari-hari.
Meski obatnya gratis karena menggunakan BPJS KIS yang baru dibuatkan oleh
petugas relawan Desa Purabaya, Tapi saya tidak mampu untuk membayar biaya lainnya,” ujar Teten, sedih.
Teten berharap ada relawan yang peduli membantunya, terlebih
kepada pemda setempat untuk meringankan beban hidupnya. “Saya ingin hidup sehat
dan normal seperti orang lain," imbuhnya.
Sementara itu, petugas relawan desa, Ade Suherman yang
saat itu membantunya mengaku bahwa Teten dan ibunya sudah dibantun untuk mendapatkan
kartu identitas seperti KTP, KK dan BPJS kesehatan KIS. “Dan saya juga yang membantunya
sampai menjalani operasi di RSUD R Bunut Syamsudin, SH., serta memberikan batuan
dari swadaya masyarakat berupa uang kepadanya,” ungkap Ade.
Untuk rumahnya juga sambung Ade, dirinya sudah
mengajukan kepada pemerintah desa maupun Kecamatan Purabaya untuk mendapatkan
program bantuan rutilahu. “Namun sampai saat ini belum terealisasi,” pungkasnya.
Pewarta : Azis R
Editor : Red.
COPYRIGHT
© SUKABUMINEWS 2020