Anak TKI di Malaysia Didaulat Turut Serta dalam Operasi Lilin Lodaya

Operasi Lilin Lodaya 2019
sukabumiNews.net, KOTA SUKABUMI – Muhammad Yusran anak seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lahir dan besar di negeri jiran Sabah, Malaysia, didaulat turut serta kegiatan Operasi Lilin Lodaya dalam rangka pengamanan hari Natal dan tahun baru (Nataru) yang diselenggarakan polisi di lingkungan Kota Sukabumi.

Yusran merupakan anak buruh ladang sawit yang sedang mengukir mimpi di SMAN 5 Kota Sukabumi dan tergabung dalam anggota Saka Bayangkara Gerakan Pramuka.

Yusran mendapat tugas pengamanan di titik-titik jalan yang telah ditentukan di wilayah Kota sukabumi.

"Saya sangat bersyukur bisa bertugas bersama police Indonesia. Ternyata police Indonesia baik-baik. Padahal dulu waktu di Sabah Malaysia police itu sangat menakutkan bagi kami. Karena mereka selalu mengejar dan menangkap kami. Tapi disini kami bisa foto selfe bersama police," ungkap Yusran dengan sedikit logat Malasyianya, polos.

operasi lilin lodaya nataru
Yusran yang bersita-cita ingin memberangkatkan umrah kedua orang tuanya mengatakan bahwa kegiatan pramuka adalah hobinya sejak kecil. Dia tidak ingin jadi TKI buruh sawit lagi. Melalui pendidikan dan kepramukaan dia ingin membuktikan bahwa anak TKI juga bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia.

Informasi yang diperoleh sukabumiNews dari alumni tim pendidik anak-anak TKI di Sabah, Malaysia, bapak Idris, ada sebanyak 11 siswa WNI yang berasal dari negeri jiran Sabah, Malaysia yang sekolah di Kota Sukabumi. Ke-11 orang tersebut terang Idris, 6 orang bersekolah di SMAN 5 Sukabumi dan 5 orang bersekolah di SMKN Kesehatan Persada.

“Mereka sekolah melalui program Repatriasi yang diselenggaraķan oleh Kementrian Pendidikan RI. 6 siswa tersebut tinggal dibawah pengawasan dan pembinaan asrama Bimasakti di Baros Kota Sukabumi yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah,” jelasnya kepada sukabumiNews melalui email yang diterima, Selasa (31/12/2019).

Menurut Idris, mereka adalah WNI dari anak-anak TKI yang rata-rata tidak punya dokumen keimigrasian lengkap (ilegal). “Jika tidak sekolah mereka akan menikah dengan buruh sawit, dan punya anak buruh sawit lagi,” sambungnya.

Sehingga ungkap Idris, program repatriasi melalui jalur pendidikan ini diharapkan menjadi solusi efektif memutus mata rantai tersebut.

“Pada tahun 2018 ada 14.175 siswa yang belajar di Comunity Learning Centre (CLC) yang didirikan di tengah ladang-ladang sawit, akses pendidikan lanjutan bagi mereka sangat diperlukan," pungkas Idris yang juga sebagi pembina Asrama Bimasakti itu.

Perwarta: AM.
Editor: Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2019

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال