sukabumiNews.net, KOTA SUKABUMI – Muhammad Yusran anak seorang
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lahir dan besar di negeri jiran Sabah,
Malaysia, didaulat turut serta kegiatan Operasi Lilin Lodaya dalam rangka
pengamanan hari Natal dan tahun baru (Nataru) yang diselenggarakan polisi di lingkungan
Kota Sukabumi.
Yusran merupakan anak buruh ladang sawit yang sedang
mengukir mimpi di SMAN 5 Kota Sukabumi dan tergabung dalam anggota Saka
Bayangkara Gerakan Pramuka.
Yusran mendapat tugas pengamanan di titik-titik jalan
yang telah ditentukan di wilayah Kota sukabumi.
"Saya sangat bersyukur bisa bertugas bersama police
Indonesia. Ternyata police Indonesia baik-baik. Padahal dulu waktu di Sabah
Malaysia police itu sangat menakutkan bagi kami. Karena mereka selalu mengejar
dan menangkap kami. Tapi disini kami bisa foto selfe bersama police," ungkap Yusran dengan sedikit logat Malasyianya, polos.
Yusran yang bersita-cita ingin memberangkatkan umrah
kedua orang tuanya mengatakan bahwa kegiatan pramuka adalah hobinya sejak
kecil. Dia tidak ingin jadi TKI buruh sawit lagi. Melalui pendidikan dan
kepramukaan dia ingin membuktikan bahwa anak TKI juga bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia.
Informasi yang diperoleh sukabumiNews dari alumni tim
pendidik anak-anak TKI di Sabah, Malaysia, bapak Idris, ada sebanyak 11 siswa
WNI yang berasal dari negeri jiran Sabah, Malaysia yang sekolah di Kota
Sukabumi. Ke-11 orang tersebut terang Idris, 6 orang bersekolah di SMAN 5
Sukabumi dan 5 orang bersekolah di SMKN Kesehatan Persada.
“Mereka sekolah melalui program Repatriasi yang diselenggaraķan
oleh Kementrian Pendidikan RI. 6 siswa tersebut tinggal dibawah pengawasan dan
pembinaan asrama Bimasakti di Baros Kota Sukabumi yang telah bekerja sama
dengan pihak sekolah,” jelasnya kepada sukabumiNews melalui email yang
diterima, Selasa (31/12/2019).
Menurut Idris, mereka
adalah WNI dari anak-anak TKI yang rata-rata tidak punya dokumen keimigrasian
lengkap (ilegal). “Jika tidak sekolah mereka akan
menikah dengan buruh sawit, dan punya anak buruh sawit lagi,” sambungnya.
Sehingga ungkap
Idris, program
repatriasi melalui jalur pendidikan ini diharapkan menjadi solusi efektif
memutus mata rantai tersebut.
“Pada tahun 2018 ada 14.175 siswa yang belajar di
Comunity Learning Centre (CLC) yang didirikan di tengah ladang-ladang sawit,
akses pendidikan lanjutan bagi mereka sangat diperlukan," pungkas Idris yang
juga sebagi pembina Asrama Bimasakti itu.
Perwarta: AM.
Editor: Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS
2019