Diskusi publik Membangun Negeri Tanpa Korupsi. |
sukabumiNews, BANDUNG
– Permasalahan
korupsi selalu menarik untuk dibahas, dan tidak pernah habis untuk diulas dari
berbagai sudut pandang. Semua orang berharap korupsi bisa diberantas, dan tentu
ada sebagian orang yang justru menikmatinya. Sekian banyak orang yang ditangkap
tidak juga membuat orang jera dan takut untuk melakukannya.
.
Demikian dikatakan oleh Refresentative System Auditor
yang juga dikenal sebagai ahli Financial Data Tracking Dede Farhan Aulawi yang
menjadi narasumber diskusi publik dengan tema " Membangun Negeri Tanpa
Korupsi " yang diselenggarakan di hotel Savoy Homann Bandung, kemarin.
“Konteks
pemberantasan mengandung 2 unsur, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya
pencegahan harus diutamakan, karena lebih baik mencegah daripada menindak.
Apalagi masalah recovery asset juga sering jadi masalah baru, karena kesulitan
dalam mengembalikan kerugian negara,” ujar Dede kepada sukabumiNews, Sabtu (9/11/2019)
Dede menjelaskan, ada 2
strategi yang perlu dilakukan, yaitu tataran konseptual dan tataran teknis.
Tataran konseptual tambah Dede
dipandang perlu untuk melakukan perubahan mindset secara kolektif dalam
memandang "sukses" yang seringkali bertumpu pada materi. Banyak orang
respek pada seseorang karena kekayaannya. Akhirnya orang berlomba untuk kaya
bagaimanapun caranya, hanya karena ingin dinilai sukses dan dipandang orang.
“Dalam
tataran teknis, perlu intensifikasi audit preventif dan audit investigatif
secara komprehensif terhadap semua "Titik" yang berpeluang terjadinya
Tipikor. Audit harus didesain secara horisontal dan vertikal, tergantung pada
karakteristik organisasi nya. Baik di dalam ataupun di luar negeri,” tambahnya.
Disamping
itu tambah Dede,
perlu meningkatkan kerjasama internasional untuk memudahkan penelusuran dana
hasil korupsi yang diparkir di luar negeri. Tentu dibutuhkan keahlian dan
jejaring yang kuat, agar bisa ditarik kembali ke tanah air untuk dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
“Persoalannya
seringkali yang punya keahlian tidak memilikinya kewenangan, atau sebaliknya
yang memiliki kewenangan tidak memiliki keahlian. Semoga ke depan terbangun
sebuah konstruksi yang elaboratif, yaitu kewenangan yang berbasis keahlian,
atau keahlian yang memiliki legitimasi kewenangan,” harap Dede.
Pewarta : Novi
Gumilar
Editor : AM.
COPYRIGHT ©
SUKABUMINEWS 2019