Festival yang disupport oleh sejumlah pegiat sejarah dan media sosial, serta beberapa unsur masyarakat yang ikut peduli akan kelestarian sejarah Kota Sukabumi ini digelar selama 2 hari yaitu sejak Sabtu (5/10) dan Ahad (6/10/2019).
Panitia penyelenggara mengklaim di hari pertama kegiatan festival, sedikitnya 3 ribu pengunjung antusias mendatangi kegiatan ini. Sementara di hari kedua penyelenggaraan festival, panitia mencatat ada 6 ribu pengunjung yang datang ke Festival yang dianggap langka ini.
"Hari pertama diatas 3 ribu pengunjung, untuk hari kedua ini pengunjung ramai sejak pagi, lebih dari 6 ribu pengunjung di hari kedua ini," kata Irman Firman, Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, Ahad (6/10/2019)
Firman mengatakan, festival ini merupakan festival yang pertama kali digelar, namun rencananya festival ini akan dijadikan sebagai agenda tahunan di setiap bulan September atau Oktober
"Untuk tahun depan festival ini mungkin akan dilaksanakan selama satu minggu, karena banyak yang menyayangkan acara ini hanya digelar 2 hari, bahkan ada yang mengusulkan, agar festival seperti ini diagendakan setiap Sabtu dan Minggu," akunya.
Hanya saja kata dia, ada kendala saat ingin menggelar kegiatan ini, terutama maslah biaya.
Firman mengaku, pihkanya pernah mencoba mengajukan anggaran ke dinas pariwisata, namun, kata Firman, dinas pariwisata mengatakan bahwa tidak ada dana, lantaran harus melalui pengajuan lebih awal untuk dianggarkan di tahun selanjutnya.
"Lalu kami coba ke kementerian pendidikan dan kebudayaan di Jakarta. Barulah ada bantuan untuk pamerannya, cuma untuk pentas pentas ini diinisiasi oleh temen-temen kami," tambahnya.
Firman berharap, ke depan, pemerintah daerah ada ketertarikan kepada acara yang diagendakannya.
Pewarta : Azis R.
Editor: Red.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2019