Pangab Wiranto saat berpidato di televisi pada 18 Oktober 1999 [Foto: detik.com/Reuters] |
sukabumiNews, JAKARTA – Sosok Menkopolhukam Wiranto
jadi sorotan di media sosial. Pasalnya, peran Wiranto hari ini dalam menyikapi
gelombang aksi demo mahasiswa mengingatkan publik pada peristiwa demo mahasiswa
tahun 1998. Kala itu, Wiranto juga punya andil dalam menangani demo mahasiswa.
1998: Wiranto Keluarkan Instruksi untuk Tindak Tegas
Mahasiswa
Pada tahun 1998, Wiranto menjabat sebagai Menteri
Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) sekaligus Panglima Angkatan Bersenjata
(Pangab). Ketika memasuki bulan Mei 1998, pemerintahan Presiden Soeharto kalau
itu sudah di ujung tanduk. Kondisi saat itu, Indonesia sedang dalam masa krisis
moneter. Kepercayaan publik kepada pemerintah pun mulai luntur.
Hingga pada akhirnya, merujuk pada buku 'Konflik dan
Perdamaian Etnis di Indonesia' karya Samsu Rizal Panggabean, gerakan demo
mahasiswa dimulai di berbagai daerah. Menanggapi hal ini, Wiranto selaku Pangab
pada 4 Mei 1998 mengeluarkan instruksi kepada aparat agar menindak tegas
mahasiswa yang keluar dari kampusnya untuk berdemo. Namun, demo mahasiswa tak
lagi terbendung. Mahasiswa tak acuh dengan instruksi Wiranto kepada aparat.
Mahasiswa dari berbagai daerah pada 20 Mei 1998 menduduki gedung DPR.
Baca Juga: Pengamat Politik: Gerakan Aksi Mahasiswa Harus Dilakukan Kontinyu
Baca Juga: Pengamat Politik: Gerakan Aksi Mahasiswa Harus Dilakukan Kontinyu
Seperti dicatat dalam buku 'Sejarah Pergerakan
Nasional' yang ditulis oleh Fajriudin Muttaqin, dkk, mahasiswa pun menuntut
Soeharto agar lekas turun dari tampuk kekuasaan. Sedangkan Soeharto tetap pada
pendiriannya untuk melakukan reformasi usai tahun 2003. Protes para mahasiswa
pun makin tak terbendung lantaran reformasi tak kunjung terlaksana.
Aksi
demonstrasi bermunculan kembali di sejumlah daerah, seperti di antaranya,
Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Ujungpandang dan daerah lainnya. Meledaklah
peristiwa 12 Mei yang dikenal dengan tragedi Trisakti. Kekacauan pecah saat
mahasiswa Trisakti dihalangi saat hendak menuju Gedung DPR.
Melihat dampak dari sejumlah demonstrasi dan tragedi
berdarah Trisakti ini, sidang paripurna pun diusulkan untuk digelar. Masih dari
buku "Sejarah Pergerakan Nasional", dijelaskan bahwa Ketua DPR/MPR
Harmoko menyatakan bahwa kepada pers, Wakil Ketua dan Ketua Dewan setuju
menggelar sidang paripurna pada 19 Mei 1998.
Sejumlah tokoh turut diundang ke Istana untuk
berdiskusi soal masalah ini. Mereka adalah Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien
Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid dan tokoh lainnya. Hingga hasilnya,
pada hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dirinya melepaskan
jabatannya sebagai Presiden.
2019: Wiranto Minta Mahasiswa Lebih Etis Saat Berdemo
Pada bulan September 2019 ini, peran Wiranto seperti
memunculkan deja vu. Massa dari berbagai kalangan--mayoritas mahasiswa--tengah
menggelar aksi menolak revisi UU KPK, RKUHP hingga menolak pimpinan KPK yang
baru. Wiranto yang kini Menko Polhukam menyatakan penyampaian pendapat di muka
umum boleh-boleh saja, asal lebih etis.
"Ya kita kan sudah tahu ya bahwa penyampaian
pendapat di muka umum itu dibolehkan kalau jalurnya sudah buntu. Ketika ada
satu jalur lain yang lebih terhormat, lebih etis ya, ya kirim perwakilan dan
bicara, ya dengan institusi yang memang perlu mendengarkan aspirasi
masyarakat," kata Wiranto di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka,
Jakarta Pusat (23/9/2019). Wiranto menjawab pertanyaan apakah ada imbauan untuk
mahasiswa yang turun ke jalan di beberapa daerah.
"Tapi kalau demo-demo seperti ini kan melelahkan,
mengganggu ketenteraman umum, mengganggu ketertiban, ya dan juga hasilnya
kurang bagus karena proses koordinasi, proses dialog, itu nggak terjadi
ya," imbuh Wiranto.
Wiranto berharap ada perwakilan yang bertemu dengan
pejabat-pejabat kementerian yang berkaitan dengan apa yang diaspirasikan itu.
Wiranto takut aksi di jalanan ditunggangi.
"Lebih baik ya ada perwakilan menemui kementerian
mana, lembaga mana yang kira-kira perlu mendengarkan aspirasi masyarakat. Ini
lebih bagus sebenarnya ya ketimbang kita ramai-ramai di jalan, nanti
ditunggangi oleh pihak-pihak lain, menimbulkan kekacauan, akan merugikan masyarakat
dan merugikan kita semua," jelas dia.
Wiranto mengatakan mahasiswa mempunyai intelektualitas
yang tinggi. Dia ingin penyampaian aspirasi terjadi dalam proses yang sehat.
Kronik sejarah gelombang demo mahasiswa 1998 dan peran
Wiranto ini hasil rangkuman detik.com, Rabu (25/9/2019), dikutip sukabumiNews,
Sabtu (28/9/2019).
Baca Juga: Demo di Kendari, Mahasiswa Perikanan UHO Tewas Kena Peluru Aparat
Baca Juga: Demo di Kendari, Mahasiswa Perikanan UHO Tewas Kena Peluru Aparat
Editor: Red.
COPYRIGHT
© SUKABUMINEWS 2019