Hidup di bawah garis kemiskinan memang sangat menyedihkan, apa lagi jika tinggal sebatang kara di usia yang sudah tua.
sukabumiNews, LEMBURSITU – Mak Eyoh, warga asal Kampung
Bangsanaya, RT.003 RW.007 Kelurahan Situmekar Kecamatan Lembursitu, Kota
Sukabumi, Jawa Barat, harus mengalami nasib serupa. Di usianya yang sudah senja,
ia hidup sebatangkara dan hanya ditemani lima ekor kucing peliharaannya.
Meski begitu, Mak Eyoh tidak meyerah menjalani hidup.
Ia mampuh berusaha untuk bertahan, meski harus terkopoh-kopoh berkeliling berjalan
kaki sekauh 4 sampai 5 kilo meter sambil menggendong bakul nasi berisi sayuran
yang dia beli dari pasar untuk dijual kembali ke setiap rumah demi memenuhi kebutuhan
makan sehari-hari.
Cukup jauh jarak yang harus ditempuh bagi wanita
seusia Mak Eyoh yang lebih dari 70 tahun ini. Meski tidak banyak yang Ia jual,
karena selain modalnya yang minim, Mak Eyoh juga terkendala dengan keadaan
fisik. Di usianya yang sudah melemah tidak mungkin kuat untuk membawa beban terlalu
berat. Aktivitas seperti inilah yang Mak Eyoh lakukan setiap hari.
"Dari hasil jualan ini saya mendapat keuntungan
sebesar Rp20 ribu dari modal sebesar Rp30 ribu. Dari Modal Rp30 ribu ini rata-rata
kembali jadi Rp50 ribu,” ujar Mak Eyoh kepada sukabumiNews saat ditemui di
rumahnya, Kamis (6/6/2019).
“Itupun jualannya jarang habis, sisanya suka dibawa
pulang kembali," tutur Mak Eyoh.
Mak Eyoh tinggal di gubuk bilik berukuran 2x 3 meter
dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Pantauan sukabumiNews, di gubuknya
hanya tersedia sebuah kasur kapuk yang sudah using. Dindingnya pun penuh
tambalan kain dan plastik yang dipasangkan untuk menahan angin yang berhembus
dari bilik yang terlihat bolong-bolong.
Keberadaan seperti ini dikhawatirkan akan mengganggu
kenyamanan dan keslamatan Mak Eyoh, karena selain sudah tua, gubuk kediaman ia
pun terlihat hampir ambruk lantaran tiang penyangganya sudah keropos termakan
rayap dan termakan usia.
"Kainnya sengaja saya pasang di dinding, karena
kalau malam suka dingin, angin masuk dari sana," ucapnya dengan air mata
berlinang, sambil menunjuk kain yang menempel di dindingnya yang penuh dengan
lubang-lubang kecil.
Ia menjelaskan dirinya mendiami gubuk yang dulu dibuatkan
oleh beberapa orang warga yang merasa iba kepadanya lantaran Ia tidak mempunyai
suami dan anak untuk membantu kehidupannya. Entah sudah berapa lama Ia mendiami
gubuk yang dibuatkan oleh tetangganya tersebut.
"Sudah lupa kapan gubuk ini dibuat, tetangga yang
bikin karena saya tidak punya siapa-siapa, kadang suka sedih, tapi saya pasrah
aja," ngkap Mak Eyoh, haru.
Yang jelas, tambah Dia, hampir seperempat usianya ia
tinggal di gubuk itu. Mak Eyoh juga, menyatakan bahwa dirinya sempat memimpikan
untuk bisa tinggal di rumah yang layak seperti masyarakat lain pada umumnya,
sebab kata dia, jika malam tiba, apalagi jika turun hujan, rasa dingin selalu menusuk
kulit yang sudah tak mampu lagi menahan cuaca dingin.
"Tapi Apa daya karena memang kenyataannya seperti
ini, Cep,” keluhnya seraya menyebut kepada wartawan yang mewawancarai dengan
panggilan Acep.
Pewarta: Azis R.
Editor: AM.
Copyright
© SUKABUMINEWS 2019