Foto dok: Reuters. |
Tentara Suriah melancarkan serangan udara dan darat
skala besar ketika berusaha untuk mendapatkan kendali atas bentangan besar terakhir
wilayah yang dikuasai oposisi di barat laut negara itu bulan lalu.
Ini telah menjadi eskalasi terbesar sejak musim panas
lalu antara militer Suriah dan pejuang oposisi di provinsi Idlib dan sabuk
wilayah di sekitarnya.
Menanggapi aksi militer ini, Ankara meningkatkan
pasokan dalam beberapa hari terakhir setelah Turki dan Rusia gagal mencapai
kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran di Idlib dan Hama.
Kedua negara mengadakan pertemuan bulan lalu, di mana
Presiden Turki Erdogan, di pihaknya, mengatakan Rusia dan Turki dapat
"mengubah nasib seluruh kawasan" bersama-sama.
Setelah itu, Angkatan Darat Rusia pada hari Ahad
menyatakan bahwa Tentara Suriah telah menghentikan tembakannya "secara
sepihak" di barat laut Suriah, tetapi Turki membantahnya, mengatakan di
situs web Kementerian Pertahanannya bahwa pasukan pemerintah Suriah melanggar
perjanjian gencatan senjata yang dicapai dengan Rusia untuk Idlib September
lalu.
Ahad malam, konvoi militer Turki tiba di sebuah
pangkalan di Hama utara dekat Jabal al-Zawiya yang dikuasai oposisi, tempat jet
Rusia dan Suriah melakukan bombardir selama berminggu-minggu, kata seorang
pejuang oposisi dan seorang saksi mata.
Pengiriman puluhan kendaraan lapis baja, peluncur
roket Grad, dan rudal anti-tank membantu mengurangi beberapa keuntungan Tentara
Suriah dan merebut kembali kota Kafr Naboudeh yang strategis, kata seorang
tokoh oposisi senior, Sabtu.
Rudal TOW telah menjadi senjata paling ampuh dalam
gudang kelompok oposisi yang memerangi militer Suriah sejak kedatangan mereka
pada tahun 2014.
Sumber intelijen Barat mengklaim Washington telah
memberikan "lampu hijau" kepada oposisi yang didukung Turki untuk
menggunakan rudal TOW, yang telah disimpan dalam kampanye terbaru.
BACA Juga: Pejuang Oposisi Suriah Rebut Desa Strategis di Pedesaaan Idlib dari Pasukan Assad