[Ilustrasi Unicorn] |
sukabumiNews – Debat capres kedua membahas soal
strategi pengembangan unicorn di Indonesia. Jokowi berinisiatif menanyakan hal
tersebut kepada Prabowo dalam sesi debat inspiratif.
Unicorn yang dimaksud dalam debat tersebut adalah
istilah penyebutan untuk perusahaan rintisan (startup) yang punya valuasi US$1
miliar. Saat ini, startup Indonesia yang telah berstatus unicorn yakni
Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, dan Gojek.
Istilah unicorn untuk label startup pertama kali
dimunculkan oleh pemodal ventura dan pendiri Cowboy Ventures, Aileen Lee pada
2013, dalam artikel di laman Techcrunch, dengan judul 'Welcome To The Unicorn
Club: Learning From Billion-Dollar Startups.
Lee memilih istilah unicorn, karena startup yang bisa
mencapai kategori ini langka pada saat itu. Unicorn sejatinya merupakan hewan
mitos yang ada di berbagai belahan dunia yang langka. Makanya, Lee menyebutkan
startup yang bisa mencapai nilai kapitalisasi US$1 miliar sebagai unicorn.
Lima tahun lalu, saat menuliskan istilah unicorn
tersebut, perusahaan Lee mencatat saat itu cuma ada 39 perusahaan yang layak
disebut sebagai startup unicorn club.
"Saya mencari kata yang mewakili kelangkaan dan
kekhasan perusahan-perusahaan ini," ujar Lee.
Belakangan, Lee menemukan kata unicorn, yang
sebelumnya telah dipakai untuk penamaan mahluk mitologis kuda bercula satu yang
langka.
Menurut data National Venture Capital Association
(NVCA), kata Lee, 39 persen unicorn itu merupakan langka, karena cuma 0,07
persen dari startup teknologi yang muncul saat itu.
Lee mengatakan, data NVCA per 2015, ada 16 ribu lebih
perusahaan berbasis internet yang didirikan sejak 2003. Sedangkan data lainnya
dari Mattermark mengatakan, ada 12.291 perusahaan berbasis intenet yang muncul
dalam dua tahun terakhir sebelum 2015. Sedangkan cata CVR menunjukkan,
setidaknya ada sekitar 15 ribu perusahaan software yang muncul tiap tahunnya.
Lee, kemudian memberikan hitungan kasar, katakanlah
ada 60 ribu perusahaan software dan intenet yang didirikan dalam satu dekade
sebelum 2015, maka 39 unicorn yang ia temukan itu cuma 0,07 persen dari jumlah
perusahaan berbasis internet dan software tersebut. Dengan kalkulasi itu,
artinya satu unicorn muncul setiap 1.538 startup.
Laman Britannica menuliskan, ada beberapa faktor yang
memicu munculnya startup unicorn, yang belum pernah muncul sebelumnya.
Faktor yang pertama, yakni meningkatnya ukuran dana
moda ventura. Selanjutnya adalah kemampuan para pengusaha teknologi memulai
perusahaan dengan biaya yang lebih rendah sejak booming dotcom pada era
2000-an.
Dengan booming tersebut, biaya komputasi menurun,
sehingga menyebabkan suburnya startup teknologi yang mengeksplorasi bidang
aplikasi seluler, media sosial sampai komputasi awan.
Denyut banyaknya modal yang disuntikkan pada startup
terlihat pada 2013. Menurut laporan Pricewaterhouse Coopers National Venture
Capital Association (PwC/NVCA) MoneyTree, saat tulisan Lee dipublikasikan, pada
kuartal ketiga 2013, perusahaan modal ventura sudah menginvestasikan US$3,6
miliar pada 468 startup software. Angka itu naik 73 persen, dibandingkan
kuartal ketiga tahun sebelumnya.
Lonjakan tersebut, menandai pendanaan tertinggi
pertama dalam pemodalan ventura di sektor perangkat lunak, sejak era booming
dotcom.