Cicurug,
SUKABUMINEWS.net – Bangunan eks Kewedanaan Wilayah III Cicurug yang dibangun pada
zaman pemerintah kolonial Belanda dan menjadi situs cagar budaya karena langkanya
bentuk bangunan seperti itu, kini harus mengalami renovasi. Namun renovasi bangunan
gedung yang kini menjadi Pendopo Kecamatan Cicurug ini hanya di rehab atapnya
karena sudah rusak.
Sudah barang tentu pihak pelaksana pekerjaan renovasi
gedung peninggalan pemerintah VOC sebagai rekanan, harus berusaha menjaga nilai
estetika dari keasliannya, dimana kontruksi detail bangunan dari aslinya tetap
akan sama seperti semula. Bahkan ukuran tinggi atapnya pun tidak akan terlalu mengalami
perubahan. Ia akan tetap sama meski dengan digantinya atap sirap.
Hadi Betmen, selaku pihak pelaksana pekerjaan saat
ditemui sukabumiNews mengatakan, untuk rehab atap bangunan tersebut pihaknya
memperhitungkan penggunaan kaso jenis kayu manii dengan ukuran 5X7cm dan reng
ukuran 2 X 3cm yang digunakan untuk menahan beban genteng beton.
“Pembangunan mengacu pada RAB penggunaan kayu kelas
2 sesuai RAB bukan kayu manii. Kaso 2/3 sama dengan RAB. Pelaksana tidak
memangkas atau memendekan bangunan lama,” jelas Hasi Betmen, Rabu (10/10/2018)
“Kunjungan pak Agus dari PPTK dan Erli pengawas
lapangan menjelaskan kepada kami bahwa tidak ada masalah dalam pekerjaan karena
pelaksana sudah sesuai RAB,” sambung Hadi, menuturkan kata-kata dari PPTK dan
pengawas lapangan itu.
Perlu diketahui bahwa Pelaksana Rehab Pendopo ini
dikerjakan okeh CV. Syibilla Indah Utama dengan nilai kontrak Rp87.343.000
juta.
Dilain pihak, atas adanya kelengkapan dan kejelasan
yang dilakukan oleh pengusaha yang melaksanakan rehab gedung Pendopo Kecamatan
Cicurug, Ketua Umum Komunitas Wartawan Sukabumi (Kowasi) Suyudi berharap kepada
rekan media agar cermat dalam menyikapi pembangunan ini serta tidak mengabaikan
aturan Chek dan Richek supaya berimbang dalam mengkemas pemberitaan hasil kerja
lapangannya.
“Kita sebagai jurnalis membuat suatu karya tulisan
yang objektif untuk semua kalangan yang membacanya, bukan malah dan mempropaganda,” kata Ketum
KOWASI, didampingi panglimanya, Heri.