JAKARTA,
SUKABUMINEWS.net - Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengusulkan perubahan
format debat capres 2019 agar kandidat bicara satu jam penuh untuk menyampaikan
gagasannya dan juga menggunakan bahasa Inggris. Kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin
menanggapi usul tersebut.
Sekretaris
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto, mengatakan rekam
jejak (track record) ialah hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam mencari
pemimpin. Menurutnya, pemimpin yang baik ialah yang memberi teladan.
"Ukuran
seorang pemimpin adalah yang dilihat dari rekam jejaknya, moralitas pemimpin,
tak punya tradisi buruk di masa lalu. Pemimpin memberi keteladanan. Pemimpin
itu mencintai Indonesia Raya, mencintai rupiah bukan menimbun dolar,
misalnya," ujar Hasto saat dihubungi, Kamis (14/9/2018).
Dia
mengatakan, konsistensi ucapan dan tindakan juga perlu ditimbang. Sebab,
lanjutnya, seorang pemimpin harus tak cuma pandai bicara.
Hasto
kembali menekankan soal rekam jejak calon pemimpin. Sekjen PDIP ini tampilan
bicara yang baik tak guna jika punya rekam jejak buruk.
"Buat
apa seorang pemimpin yang tampilan berbicaranya baik tapi punya tradisi
kekerasan masa lalu? Buat apa punya pemimpin kelihatan baik dalam ucapan tapi
punya tradisi untuk mendapatkan kursi pencalonannya dengan membayar partai lain
atau politik mahar? Itu kan juga dilihat," ungkap Hasto.
Dengan
melihat track record tersebut, menurutnya, dapat diketahui moralitas calon
pemimpin. Meski demikian, Hasto mengatakan kubu Jokowi-Ma'ruf akan mengikuti
mekanisme yang akan diatur KPU
"Jadi
moralitas bagi pemimpin adalah satunya kata dan perbuatan. Kita ingin
menyampaikan kontestasi itu dari track record-nya, dari gagasan-gagasannya.
Jadi kami akan ikuti tahapan KPU, kami akan taati," ujarnya.
Sebelumnya
diberitakan, koalisi Prabowo-Sandiaga mengusulkan kandidat berbicara satu jam
penuh menyampaikan gagasannya. Waktu tersebut dianggap bisa dipakai untuk
menggantikan metode cerdas cermat di Pilpres 2019.
"Selama
ini kan cuma dikasih berapa menit di televisi, terus nanti pakai istilah saya
tuh debat pakai spedometer. Jadi dibilang waktu tinggal 2 detik, ini bukan soal
cerdas cermat, ini soal urusan negara, ini urusan 250 juta orang. Ini urusan
besar, karena itu kami akan mengusulkan, dan kami sepakat untuk minta diberi
kesempatan calon kita bicara satu jam full tentang pikiran-pikirannya,"
ujar Sekjen PD Hinca Pandjaitan di Jalan Daksa I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Kamis (13/9/2018).
Selain itu,
koalisi Prabowo-Sandiaga juga usul agar dalam debat kandidat menggunakan bahasa
Inggris. Waketum Gerindra Fadli Zon menilai perubahan format debat bagus agar
rakyat memiliki pertimbangan luas dalam menentukan pilihan.
"Kalau
pakai bagus, kalau nggak juga nggak apa-apa. Tapi kalau ada, ya, itu berarti
itu suatu kemajuan, tetapi kalau nggak, ya, nggak ada masalah," terang
Fadli saat dimintai tanggapan di kediaman Prabowo Subianto, Jl Kertanegara,
Jakarta Selatan. (Red*/Viva)
Sumber:
VIVA.co.id