Tiba di Bandara Yusril Diadang Residivis Bayaran, Mulutnya Bau Tuak

[Akis dorong-dorongan sempat terjadi saat sekelompok massa yang menolak kedatangan Yusril tak mau diajak berdialog. (Photo oleh: Bajarmasin Post/JawaPos.com)].


sukabumiNews.net, KOTABARU - Aksi pengadangan Yusril Ihza Mahendra oleh puluhan massa di pintu masuk areal Bandara Gusti Syamsir Alam, Kotabaru, Banjarmasin, Jumat (6/7) menuai kecaman keras dari Direktur Utama Sebuku Grup, Mayor Jenderal TNI (Purn) Soenarko.

Menurut Soenarko aksi pengadangan itu sudah direncanakan oleh orang-orang tertentu, ditambah perilaku aparat kepolisian yang tidak profesional di lapangan.

[Direktur Utama Sebuku Grup Soenarko meminta Kapolri Tito Karnavian agar bisa menertibakan anggotanya di daerah yang kurang profesional. (Photo oleh: JawaPos.com)]

“Malu kita sebagai warga negara, orang mau tausyiah di acara halalbihalal malah dihadang oleh segerombolan orang, ada yang mulutnya bau tuak, matanya merah," ujar Soenarko melalui keterangan tertulisnya pada JawaPos.com, Sabtu (7/7).

Bahkan, Soenarko mengungkapkan, menurut laporan anak buahnya, ada juga residivis yang baru keluar penjara dua bulan lalu dan ikut dalam gerombolan massa yang mengadang Yusril itu.

"Tahu apa soal tambang. Ini pasti sudah ada yang sengaja mengerakan. Tidak mungkin kalau tidak digerakan,” kata Soenarko.

Ironisnya, imbuh Soenarko, jumlah aparat kepolisian dan TNI justru lebih banyak dari massa yang melakukan pengadangan tersebut.

“Polisi berpakaian dinas jumlahnya banyak, belum lagi yang berpakaian preman. Ditambah anggota TNI, ada juga mobil water canon, aneh saja tidak bisa mengatasi massa yang sebagian mabuk tuak itu,” tegas mantan Panglima Kodam Iskandar Muda ini.

Mantan Danjen Kopassus itu juga mendesak Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian untuk mencopot  pimpinan Polda Kalsel dan Polres Kotabaru. Pasalnya, polda setempat gagal menjaga keamanan bandara yang merupakan objek vital.

“Sudah jelas bandara itu bagian dari objek vital, harus diamankan. Masak menyebut ada 1.100 massa, padahal cuman belasan orang. Ini bentuk intimidasi kepada tokoh nasional agar Prof Yusril pulang. Ini aneh," tegasnya.

Soenarko juga bahkan mencium ada semacam skenario yang boleh jadi dibayar pihak tertentu. Karena itu dirinya meminta Kapolri agar menindak anak buahnya yang tidak profesional.

"Kalau oknum-oknum begini bercokol di kepolisian dan nanti jadi pentinggi Polri, yang rugi seluruh bangsa Indonesia ini,” tegasnya.

Sebelumnya, Aksi saling dorong terjadi antara massa dan polisi di gerbang Bandara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru. Mereka menolak kedatangan Yusril karena dinilai pro pengusaha tambang. Massa mulai memadati bandara sejak sebelum azan Jumat. Sementara dari informasi di lapangan, kepolisian mengerahkan ratusan  personelnya untuk mengamankan bandara.

Usai salat Jumat, tampak Dandim 1004 Kotabaru Letkol Inf Rony Fitriyanto dan Kapolres AKBP Suhasto memasuki bandara. Sekitar pukul 13.30, pesawat yang membawa Yusril tiba di bandara.

Massa yang berkerumun meminta setiap kaca mobil yang melintas agar dibuka. Mereka ingin memastikan keberadaan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu. Setengah jam berlalu, Yusril tak juga tampak. Massa terus berteriak. Barulah sekitar pukul 14.00 terlihat Yusril keluar bandara dengan pengawalan ketat polisi.

Aksi saling dorong pun akhirnya tak terhindarkan. Terdengar juga teriakan marah warga yang terkena tameng polisi. Yusril lantas meminta mikrofon dan menawarkan warga untuk dialog terbuka. Namun, warga meneriakkan kata 'tidak'. "Tidak ada negosiasi! Yusril balik kanan, kami balik kiri!" teriak warga, dikutip dari Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), Sabtu (7/7).

Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 20 menit, hingga tiba-tiba muncul sosok ulama kondang, Ustad Arifin Ilham. Di hadapan massa, Ustad Arifin mengatakan, dia datang ke Kalsel untuk mengisi ceramah agama di Masjid Raya Khusnul Khatimah. Berbeda agenda dari Yusril. Kendati begitu, Ustad Arifin meminta warga mengizinkan Yusril masuk ke Pulau Laut dan menyelesaikan urusannya.

Namun, permintaan Ustad Arifin itupun ditolak massa, lantas meminta jalan dan melangkah maju. Kapolres, Dandim, serta polisi membuat benteng ketat. Yusril berjalan di belakang ustad Arifin. Terjadi aksi dorong-dorongan di sana. Namun akhirnya rombongan Yusril dapat masuk ke dalam bus polisi. Mereka kemudian bergerak ke arah kota.

Sementara itu, Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama Politeknik Kotabaru Ibnu Faozi menyampaikan, ide mengadang Yusril di bandara adalah ide spontan. Faozi yang mengadang Yusril menuturkan, aksi massa itu murni aspirasi warga.

Terkait penolakan dialog, Faozi menegaskan percuma berdialog dengan Yusril, yang jelas-jelas sudah berbeda pandangan soal keberadaan tambang. Kendati begitu, dia menjamin warga tidak akan bertindak anarkistis, meski Yusril memaksa masuk Pulau Laut.

"Dorong-dorongan itu bentuk kekecewaan saja. Dari dulu, sejak tahun 2000 kami sudah menolak tambang di Pulau Laut. Yang terjadi di bandara hanya bentuk kekecewaan," pungkasnya. (Red*/JPC)

Sumber: Jawapos.com

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال