sukabumiNews.net, JAKARTA – Wakil ketua DPR yang
juga pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamza khwatir dengan
kebijakan DPP PKS yang mewajibkan bacaleg harus menandatangani surat
pengunduran diri, karena kata Fahri, kebijakan ini bisa berakibat PKS bubar di
2019 melalui pemilu.
“Pagi2 membaca berita banyak caleg PKS yg mundur
jadi sedih. Akan jadi apa partai ini di tangan pemimpin yang bermain-main
mengelola partai. Saya khawatir tahun 2019 PKS tak ada lagi. Dibubarkan melalui
pemilu. Sebagai pendiri dan deklarator tentu saya sedih,” kata Fahri di Twitter
miliknya @fahrihamzah, Senin (9/7/2018)
Fahri menuding Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman
(MSI) telah melakukan permainannya nampak semakin kasar. Karena kata Fahri, MSI
sudah mulai lakukan pembersihan orang2 yang dianggap dekat dengan mantan sekjen
5 periode dan presiden PKS masa krisis Anis Matta, terakhir caleg disuruh
menandatangani surat pengunduran diri sini. Tinggal tulis tanggal selesai.
“Kebijakan pimpinan PKS terakhir ini konon dilatari
oleh kasus saya. Karena saya dianggap tidak taat disuruh mundur nggak mau
mundur sungguh naif dan dangkal sekaligus tidak paham aturan bernegara. Pejabat
publik pilihan rakyat bukan harta benda partai . #SavePKS,” ujar Fahri.
Fahri menejalsakan, Partai politik atas nama
“petugas partai” tidak boleh membuat aturan internal yang bertabrakan dengan UU
sebab lama2 bertentangan dengan Konstitusi dan dengan alasan itu partai bisa
dibubarkan. “Masak beginian aja pimpinan PKS Gak paham?
“Maka hilanglah minat orang jadi caleg di PKS.
Bagaimana berjuang habis-habiskan dengan Tenaga dan harta, dengan keringat dan
air mata tapi dengan sepucuk surat yang sudah ditandatangani Tiba2 orang
diberhentikan? Apa manusia dianggap mesin yang tidak punya perasaan?,”
jelasnya.
Bahkan Fahri sampai mencontahkan atas kasus menimpa
terhadapnya dilaman twitternya, sebagai berikut:
Demikianlah waktu saya disuruh mundur, dengan
enaknya pimpinan PKS mengatakan, “carilah alasan, antum pasti bisa
menjelaskan”. Lalu kepada saya disodorkan sebuah surat pengunduran diri yang
saya tidak tahu dibuat oleh siapa. Aneh tapi nyata! Yapi itulah kejadiannya.
Saya sudah menjelaskan beda jabatan publik dan
jabatan partai. Jabatan partai Silahkan dirampas kapan saja. Meskipun harus
tetap melihat aturan partai dan UU yang mengatur kepartaian. Tapi jabatan
publik itu diatur UU bukan AD/ART partai. Ini yg mereka Gak paham.
Sekarang, setelah saya lawan pakai pengadilan akibat
tindakan melawan UU ini (saya memakai gugatan perdata Perbuatan Melawan Hukum,
PMH) lalu kalah, mereka mengembangkan teori konspirasi dan pembangkangan
padahal mereka melanggar UU.
Menang ada sebagian pimpinan PKS yang menganggap
bahwa aturan berjamaah di PKS itu lebih tinggi daripada UU. Itulah awal dari
pemahaman yang salah sehingga kader dianggap tidak perlu mengadu keputusan
pimpinan dgn UU sebab ikatan partai dianggap lebih tinggi.
Ini sisa pikiran dan mentalitas “underground” yang
masih bercokol. Sehingga mengelola partai mau disederhanakan dasarnya hanya
dengan “titah pimpinan” dan tidak melihat aturan UU dan Konstitusi negara.
Jadilah keputusan konyol bertubi-tubi sampai sekarang. Sedih saya.
Kenapa saya bilang “titah pimpinan” dianggap paling
tinggi. Buktinya, sewaktu memecat saya, sadar ada kesalahan maka ada beberapa
kali aturan internal partai diubah demi mencocokkan dengan kepentingan memecat
saya. Di antaranya aturan tentang siapa yang melapor.
Waktu saya tanya, “siapa yang melaporkan saya, mana
bukti permulaan atas tuduhan pelanggaran disiplin organisasi, siapa saksi2 yang
sudah diperiksa, kapan kejadian Dan di mana, dll” mereka Gak jawab surat saya
tapi aturan diubah “bahwa Pelapor tidak diperlukan”.
Aturan itu diubah dan tidak memberitahukan saya.
Sehingga saya bersurat beberapa kali, sebab dalam AD/ART PKS ada aturan tentang
“hak membela diri”. Lalu dengan apa saya membela diri kalau aturan yg berlaku
tidak diberikan dan kemudian diubah diam2?.
Inilah yang terjadi. Partai ini akhirnya menjadi
milik segelintir orang, dan kader hanya menjadi objek yang diminta ketaatannya
saja dengan doktrin yang setiap hari dibanjirkan. Bagaiman saya tidak bersedih?
Kezaliman takkan membuat tenteram sampai kiamat.
Ini catatan kecil, kesedihan saya membaca orang2
#MundurCalegPKS yang marak. Akhirnya partai yang saya ikut dirikan dan besarkan
hanya begini jadinya. Berantakan oleh keputusan tidak karuan. Nanti Sy akan
tulis permainan dalam pencalonan #9CapresPKS . Sekian. #SavePKS. (*)