sukabumiNws.net, JAKARTA - Ketua Dewan Masjid
Indonesia (DMI) Jakarta Makmun al Ayyubi mempertanyakan penyebutan 40 masjid di
Jakarta yang menyebarkan paham radikal. Setelah adanya pernyataan itu, pihaknya
pun langsung melakukan pengecekan terhadap masjid yang berada dalam koordinasi
DMI Jakarta.
"Semenjak viral 40 masjid yang dianggap radikal
itu, kita juga kroscek di tiap masjid yang ada di tingkat kota dan kecamatan. Di
mana masjidnya, mungkin saja mereka terselubung," kata Makmun seperti
ditulis Republika.co.id, Rabu (6/6).
Berdasarkan data terakhir DMI, kurang lebih 3.400
masjid ada di Jakarta. Sementara, sekitar 200-an masjid dari jumlah tersebut
tidak berada dalam koordinasi DMI. "Data terakhir sidah mencapai 3.400-an
masjid yang di Jakarta saja. Yang terkoordinasi ada 3.000 lebih. Hanya sedikit
saja yang tidak terkoordinasi. Mereka mungkin kurang terkoordinasi saja karena
mungkin sudah bisa mandiri dan mendanai masjidnya sendiri," katanya.
Walaupun begitu, ia mengaku, sejauh ini belum
mendapati masjid yang menyebarkan paham radikal menurut pemahamannya. Menurut
dia, radikal bisa seperti dakwah yang disampaikan dengan memasukkan pesan-pesan
permusuhan dan ujaran kebencian.
Dakwah yang mungkin ditemukan, seperti dakwah yang
menyampaikan kritikan terhadap kebijakan pemerintah. Namun, dakwah yang seperti
itu tidak bisa dikatakan sebagai menyebarkan paham radikal. "Kritik-kritik
yang begitu pedas terhadap kebijakan pemerintah dan sebagainya, selama ini
disampaikan dalam ranah dahwah. Ada dasar yang jelas (dalam menyampaikan
kritikan itu). (Sehingga) Saya kira belum dikatakan paham radikal,"
katanya.
Namun, DMI akan terus melakukan koordinasi dan
komunikasi baik dengan masjid yang berada dalam koordinasi DMI maupun yang
belum. Hal tersebut dilakukan guna mencegah terjadinya penyebaran paham radikal
di masjid yang mungkin dilakukan secara terselubung.
"Kita masuk ke masjid yang mungkin selama ini
dianggap mereka eksklusif, jangan kita tinggalkan. Ada dialog, kajian-kajian
khusus jangan sampai nanti merambah ke paham radikal. Ini yang paling
berbahaya," ujarnya.
Selain koordinasi dan komunikasi, pembinaan juga
dilakukan terhadap imam masjid serta marbot masjid yang dilakukan secara
bersama-sama. Diharapkan, dari kegiatan tersebut dapat membina umat dengan
baik. "Sifatnya hanya koordinasi dan pembinaan. Makanya antara imam masjid
dan marbot masjid, kita juga ada program-program yang berkaitan dengan
pembinaan masjid," katanya.
Seperti diketahui, Wakil Gubernur DKI Jakarta
Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan ada 40 masjid di Jakarta menjadi tempat
penyebaran paham radikal. Ia bahkan mengaku telah mengantongi daftar masjid
yang diduga menjadi tempat penyebaran paham radikalisme itu. Daftarnya ada di
Biro Pendidikan, Mental, dan Spiritual (Dikmental) dan Badan Amil Zakat Infak
dan Sedekah (BAZIS) DKI.
"30 (masjid) itu kami juga sudah punya datanya
di teman-teman Biro Dikmental dan Bazis, akan kita arahkan ke kegiatan kita
lebih banyak ke sana," kata Sandiaga di Kepulauan Seribu, Selasa (5/6).