Masyarakat di 171 daerah telah melaksanakan pemilihan kepala daerah secara serentak pada Rabu (27/6). Ada 17 Provinsi, 115 Kabupaten dan 39 Kota yang menggelar pemungutan suara. Selang beberapa jam setelah pemungutan suara, sejumlah lembaga survei merilis hasil hitung cepat atau quick count pelaksanaan Pilkada.
Salah satu yang menyita perhatian adalah hasil hitung cepat Pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Dalam perebutan kursi orang nomor satu di Sumatera Utara, bertarung dua jagoan Djarot, Saiful Hidayat yang diusung koalisi PDIP-PPP. Eddy Rahmayadi yang diusung koalisi gemuk PKS, Gerindra, Golkar, PKB, PAN, Hanura, NasDem.
Hasil hitung cepat menunjukkan, pasangan cagub-cawagub nomor urut satu, Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah (Eramas) unggul dari pesaingnya pasangan cagub-cawagub nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat - Sihar Sitorus (Djoss).
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menempatkan pasangan Eramas unggul dengan perolehan suara 58,88 persen. Pasangan Djoss memperoleh suara 41,12 persen. Hasil quick count lembaga survei LSI Denny JA juga tak berubah. Pasangan Eramas tetap unggul dari pasangan Djoss. Perolehan suara pasangan nomor urut satu ini yaitu 57,2 persen. Pasangan Djoss memperoleh suara 42,8 persen. Data yang masuk telah mencapai 99,71 persen.
Namun Djarot masih menunggu data resmi KPU. "Kalau real count kan lebih akurat. Hitung cepat hanya mengambil sample," ujar Djarot di Medan, Rabu.
Meski demikian, apapun hasil akhir Pemilihan Gubernur Sumut atau siapapun yang terpilih nantinya adalah kemenangan masyarakat.
"Selamat kepada masyarakat Sumut. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Djoss mulai dari partai, relawan maupun warga masyarakat," katanya.
Berkaca dari hasil quick count ini, Djarot tumbang di Sumatera Utara. Padahal, dia sempat optimistis bakal memenangkan pertarungan. Djarot percaya diri karena antusiasme warga dan program konkret yang ditawarkan. Kenyataannya, hasil quick count membuat Djarot menelan pil pahit. Kembali kalah dalam Pilkada.
Bukan kali pertama Djarot kalah dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Belum lepas dari ingatan publik saat tahun lalu Djarot harus mengakui kekalahan dalam perebutan kursi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Saat itu Djarot sebagai cawagub mendampingi Cagub Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Keduanya merupakan pasangan petahana.
Mereka ditantang pasangan yang diusung Gerindra-PKS-PAN yakni Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Pilgub DKI 2017 digelar dua putaran. Pada putaran kedua, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta secara resmi menetapkan Anies Basewedan dan Sandiaga Uno pemenang.
Pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno memperoleh 3.240.987 suara atau 57,96 persen. Sedangkan Ahok - Djarot hanya memperoleh 2.350.366 suara atau 42,04 persen. Perolehan suara Ahok dan Djarot kalah jauh dibanding pesaingnya yakni Anies-Sandiaga. (*)
Sumber: Merdeka.com