sukabumiNews.net, JAKARTA – Pendiri Institute for
Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), Adnin Armas menanggapi
upaya mematikan pertumbuhan ekonomi umat melalui koperasi 212 dengan menyebut
itu tindakan intoleransi. Karena membuka usaha adalah hak segala bangsa yang
sudah diatur dalam UU.
“Apa yang mereka permasalahkan atas koperasi 212
ini. 212 Mart ini didirikan sesuai prosedur yang berlaku, siapapun berhak
belanja di sana tanpa memandang ras suku dan agama,” ujarnya seperti ditulis
Kiblat.net, beberapa waktu lalu.
Ketua Yayasan Keadilan Untuk Semua itu menilai
justru yang dipermasalahkan adalah merela yang menolak koperasi 212. Penolak
justru di sana merasa terganggu persaingannya dengan kebangkitan ekonomi umat
Islam.
“Mereka yang menolak ini patut dipertanyakan apa hak
mereka melarang seseorang untuk berbisnis. Hal seperti itulah yang disebut
intoleransi memancing emosi umat,” ujarnya.
Adnin berharap umat perlu mendapatkan edukasi agar
cerdas dalam menyikapi suatu isu dan peristiwa. Tugas menjaga kebangkitan Islam
adalah kewajiban seluruhnya. Sehingga banyaknya masalah yang dihadapi umat saat
ini bisa diselesaikan dengan cara berjamaah saling bahu membahu.
“Permasalah internal umat Islam juga tidak perlu
dibicarakan di ranah publik. Perselisihan itu bisa diselesaikan dengan
bermusyawarah yang baik,” pungkasnya.