Ilustrasi: Sekularisme Ummat Islam. [Foto: Google] |
oleh: Yan Hasanudin Malik
sukabumiNews.net - PENYAKIT terbesar umat Islam masa
kini adalah kebodohan terhadap agamanya. Kebodohan ini merupakan akibat dari
ketidaktahuan mereka terhadap Alquran maupun Sunnah Rasulullah. Coba kita cek :
dari sekian juta penduduk muslim Indonesia, berapa persenkah yang bisa membaca
Alquran, yang memahami tarjamah dan yang memahami tafsirnya ? Dan dari mereka
yang bisa membaca, berapa persenkah orang yang selalu atau secara rutin
membacanya setiap hari, berinteraksi secara intens dengan kitab suci tersebut?
Jangan kaget jika kita mendapatkan kenyataan bahwa sebagian besar umat Islam
yang mengaku muslim ternyata sangat jarang bersentuhan dengan Alquran atau
menghadiri pengajian, diskusi atau obrolan-obrolan yang mengupas isinya.
Perlahan tapi pasti, Islam yang selama ratusan tahun
telah menjadi identitas kepribumian bangsa Indonesia mulai terkikis. Semangat
nasionalisme Indonesia yang tumbuh sebagai hasil perjuangan kaum pergerakan
yang dimotori kaum santri dan alim ulama selama ratusan tahun yang mengkristal
dalam sikap penerimaan mereka akan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal
Ika, kini mulai dijauhkan dari aspek historis dan substansinya.
Orang-orang yang bermaksud menguasai Indonesia
menyadari bahwa keislaman dan keindonesiaan merupakan satu kesatuan. Penguasaan
Indonesia hanya mungkin terjadi jika kedua hal itu bisa dipisahkan. Karena itu
program pertama yang harus dilakukan secara intens dan massif adalah bagaimana
mensekularkan umat Islam Indonesia.
Sekularisasi dianggap sukses jika umat Islam mulai
bersikap memisahkan agama dari politik, atau ketika akhirnya mereka berprinsip
“jangan bawa-bawa iman dan Tuhan dalam berpolitik”.
Di antara perangkat yang digunakan untuk
mensekularisasikan umat Islam adalah pilkada, pilpres, dan demokrasi sekular.
Mereka dihalau untuk tidak menyertakan agama dalam kegiatan-kegiatan
politiknya.
Bahasa yang sering diungkapkan adalah “agama itu
suci, dan politik itu kotor”. Jadi
membawa-bawa agama ke dalam dunia politik yang absurd sama saja dengan
mengotori agama. Mereka pun akan dipisahkan dari agama dan budayanya, dari
nilai-nilai kehidupan yang sudah sejak lama berakar dalam kehidupan
kesehariannya, lalu direlokasi ke moralitas pilkada. Apa itu ? Duit,
sekularisme dan kecurangan-kecurangan !
Aktivitas politik sangat jauh dari pertimbangan “benar-salah”. Orientasinya
selalu ke “kalah-menang”.
BACA Juga: Enam Nilai-nilai Moral Jahiliyah di Sekitar Kita