Professor dari Universitas New York menyebut, tak
akan ada negara Barat yang rela pendirian 'Tentara Islam'
sukabumiNews.net, TURKI - Media Barat heboh
pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Partai Keadilan dan
Pembangunan (AKP) yang diam-diam berencana
membuat “tentara Islam” dan menyerukannya untuk perang melawan Israel di
semua sisi.
Rencana Erdogan yang membuat gundah Barat ini
terungkap pertama kali dari artikel surat kabar Turki, Yeni Safak bulan lalu
dalam bahasa Turki saat pertemuan antara
Erdogan dan AKP—partai berkuasa di Turki saat ini.
Artikel itu menyerukan kepada 57 negara anggota
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di dunia Islam untuk menggabungkan kekuatan
melawan penjajah Israel yang kemudian akan jauh kalah jumlah dan tidak dapat
mempertahankan ‘negara palsu’ mereka.
Artikel juga merinci bagaimana gabungan kekuatan
darat, udara dan laut dapat mengalahkan pejajah Israel secara militer dalam 10
hari dan secara diplomatis dalam 20 hari, dengan demikian membebaskan
“Palestina.”
Artikel itu menghebohkan Barat pertama kali ketika
diterjemahkan dan muat pertama oleh The
Middle East Media Research Institute (MEMRI), sebuah organisasi non-profit
bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat yang mendedikasikan untuk
menyediakan terjemahan bahasa Inggris untuk media Timur Tengah.
Artikel yang dikutip dari Yeni Şafak itu memuat judul “Panggilan Aksi Mendesak” dan di situs web
surat kabar tersebut dengan judul “Bagaimana jika Pasukan Islam Dibentuk
Melawan Israel?”
“Jika negara-negara anggota OKI bersatu secara
militer, mereka akan membentuk tentara terbesar dan terlengkap di dunia,” bunyi
salah satu kutipan dalam artikel tersebut dikutip laman express.co.uk.
“Jumlah prajurit yang aktif setidaknya akan
5.206.100, sementara anggaran pertahanan diperkirakan mencapai sekitar $ 175
milyar.”
Laporan media itu disertai peta interaktif yang
menyediakan formasi pasukan militer gabungan yang secara bersama-sama melawan
Zionis Israel.
Artikel itu juga memberikan rincian tambahan, dengan
menyatakan; “Diharapkan 250.000 tentara akan berpartisipasi dalam operasi
pertama yang memungkinkan.”
“Basis darat, udara dan laut dari negara-negara
anggota yang terletak di wilayah paling kritis akan digunakan,” imbuh artikel
tersebut.
“Pangkalan gabungan akan dibangun dalam waktu
singkat … Ini mungkin bisa menampung 500 tank dan kendaraan lapis baja, 100
pesawat dan 500 helikopter tempur dan 50 kapal untuk dimobilisasi dengan
cepat.”
Artikel dalam harian Turki itu menggambarkan
penduduk Israel (lebih dari 8 juta) dan kekuatan militer “sangat inferior,”
mencatat bahwa penduduk Istanbul, Ibu Kota Turki, lebih dari 14 juta.
“Kemampuan militer negara-negara anggota OKI cukup
besar,” kata surat kabar itu. “Tentara-tentara ini memiliki peralatan yang
diperlukan untuk melakukan operasi militer di darat, laut dan udara.”
Sebelum ini,
Recep Tayyip Erdogan bebebrapa kali telah mengatakan bahwa Republik
Turki merupakan kelanjutan dari Kesultan Ottoman (Khilafah Utsmaniyah).
Dalam sambutan pada upacara peringatan 100 tahun
meninggalnya Sultan Abdulhamid II di Istana Yildiz di Istanbul tahun 2017,
Erdogan mengatakan, “sama seperti
negara kita sebelumnya yang merupakan
kelanjutan dari satu sama lain, Republik Turki juga sebuah kelanjutan dari
Ottoman.”
“Tentu saja, perbatasan telah berubah. bentuk
pemerintahan telah berubah. Namun intinya sama, jiwanya sama, bahkan sebagian
institusinya sama,” kata Erdogan.
Erdogan menambahkan, itu yang membuat Sultan
Abdulhamid merupakan salah satu individu “yang paling penting, paling visioner
dan paling strategis” yang mencatat sejarah dalam 150 tahun terakhir.
Sultan Abdulhamid II, putra Sultan Abdul Majid,
meninggal pada tahun 1918, dan merupakan sultan ke-34 Kesultanan Ottoman.
Dr Ben-Meir
professor dan senior fellow di Universitas New York dalam blog
pribadinya mengatakan, tak akan ada Negara Barat yang membiarkan Turki memusuhi
sekutu Israel.
“Tidak ada pemerintahan Amerika yang mengizinkan
Turki mengancam penghancuran salah satu sekutu terdekatnya — Israel — yang
seharusnya memiliki efek mengerikan tidak hanya pada setiap warga Israel,
tetapi juga pada setiap sekutu dekatnya, “ ujar ahli politik timur tengah ini.
Pria yang
beberapa kali mengaku terlibat langsung dalam berbagai perundingan
antara Israel dan Turki ini juga mengaku ide pendirian tentara gabungan Islam
ini tidak akan pernah disetujui Barat.