sukabumiNews.net, GAZA – Brigade Izzuddin al-Qassam,
sayap bersenjata organisasi perlawanan Palestina, Hamas, pada hari Ahad (25/03)
meluncurkan latihan militer di wilayah Jalur Gaza.
Ratusan anggota Brigade Al-Qassam dikerahkan di
seluruh wilayah Palestina, demikian menurut koresponden Anadolu di Gaza.
Tidak ada rincian lebih lanjut tentang sifat latihan
militer Brigade Izzuddin al-Qassam ini.
“Latihan telah direncanakan sebelumnya,” jelas Hamas
dalam pernyataan pada hari Sabtu (24/03), tanpa memberikan rincian apapun.
Seperti dikutip sukabumiNews dari panjimas.com, Rabu
(28/3), dikabarkan bahwa pelatihan militer itu dilakukan hanya selang satu hari
setelah pesawat tempur Israel menyerang posisi Hamas di Jalur Gaza bagian
Selatan, serangan Israel itu tidak
menimbulkan korban jiwa.
Strategi Perang Terowongan Mujahidin Al Qassam
Awal Februari tahun 2016 lalu, berdasarkan pantauan
Panjimas, seorang kolumnis Al Jazeera, Dr. Adnan Abu Amer mengungkap sebuah
analisa mengejutkan terkait dengan perkembangan terbaru strategi mujahidin
Brigade Al Qassam melawan pasukan zionis Israel, dalam sebuah artikelnya
“Gaza’s Tunnels: The Future Battlefield”.
Dalam analisanya, Dr. Adnan Abu Amer menyebutkan
bahwa ‘Tunnel War’ adalah perang masa
depan di Gaza, karena perang dengan metode penggalian terowongan bawah tanah merupakan salah satu metode
militer yang paling penting dan berbahaya dalam perlawanan menghadapi tentara
Israel.
Selain menjadi momok menakutkan bagi tentara Israel,
strategi perang menggunakan terowongan bawah tanah ini juga menghantui para
pemukim illegal Yahudi.
“Metode penggalian terowongan bawah tanah juga
merupakan strategi andalan dari Mujahidin Brigade Al Qassam”, pungkasnya. Lebih
lanjut Dr. Adnan melanjutkan bahwa Tunnel War merupakan ancaman krisis besar
bagi institusi militer Israel.
Menyoal berbahayanya metode ‘Tunnel War’, Mantan
sejarawan militer dan mantan Kepala
Dewan Keamanan Nasional, Shaul Shay, mengatakan
bahwa “Cepat atau lambat, metode terowongan bawah tanah akan menjadi
masalah utama yang dihadapi oleh tentara Israel berdasarkan pengalaman
sejarah.”
Sejarawan militer ini mencontohkan kegagalan pasukan
Amerika di Vietnam untuk menghadapi
tantangan dari terowongan-terowongan yang digunakan oleh tentara Vietkong di
Vietnam selatan.
Ketakutan dan ancaman krisis besar militer ini
ditunjukkan dengan adanya kerjasama
penelitian militer terbaru oleh Israel dan Amerika Serikat, tentang proyek
identifikasi terowongan bawah tanah di Gaza.
Seperti diberitakan Panjimas sebelumnya Director of
Political-Military Affairs (Direktur Hubungan Politik dan Militer) di
Kementerian Pertahanan Israel, Amos Gilad mengungkapkan hari selasa
(02/02/2016) bahwa Amerika Serikat telah memberikan kontribusi bantuan dana
lebih dari $ 100 juta dollar untuk sebuah teknologi proyek penelitian bersama
AS-Israel yangnbertujuan mengidentifikasi dan menemukan lokasi terowongan bawah
tanah di perbatasan Jalur Gaza.
Mengutip Israel Channel 10, yang sebelumnya
menunjukkan hasil interview-nya pada hari Sabtu (30/01/2016) terkait dengan
strategi mujahidin Al Qassam yang bahkan menghantui para pemukim illegal
Yahudi, dimana mereka sangat khawatir dan cemas ketika mendengar ada
suara-suara penggalian di bawah rumah-rumah mereka dijalur Gaza.
Roni Daniel, Koresponden militer untuk Israel TV
Channel 2, mengatakan “Tampaknya kita (Israel) telah kalah dalam perang
kecerdasan melawan Hamas”. “Dia bahkan menuduh analis militer Israel menjadi
sangat lamban dan terlalu terlambat
dalam mencari solusi teknologi dan solusi lapangan untuk masalah tunnel war”, ujarnya.
Metode ‘Tunnel War’’ memainkan peran paling penting
dalam melelahkan tentara Israel dan
menimbulkan kerugian besar nyawa dan peralatan militer dengan cara serangan yang mengejutkan pasukan elit dan
menyebabkan mereka kalah dan putus asa
dalam beberapa area seperti : Al-Tufah, Al-Shujaiyeh, bagian timur Khan Yunis,
Rafah dan Beit Hanoun.
Sumber: Panjimas