[Photo: Anggota Komisi III DPR, Daeng Muhammah] |
sukabumiNews, JAKARTA
- Anggota Komisi III DPR, Daeng Muhammah menilai Kapolri Jenderal Tito
Karnavian seharusnya bisa bersikap arif saat menyampaikan pendapatnya, terutama
di depan publik. Menurut dia, jangan sampai pernyataannya justru menimbulkan
polemik di tengah masyarakat.
Hal ini disampaikan Daeng menyusul beredar video ucapan
Kapolri yang akan merangkul ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di semua
lini. Ucapan Tito menjadi polemik karena menyebut organisasi lain hanya
merontokkan negara.
Meskipun video tersebut telah diklarifikasi oleh pihak
Kapolri bahwa ada yang dipotong, Daeng menilai, Kapolri harus arief dalam
berpendapat dan berargumen apalagi di hadapan publik. "Ini seperti politik
belah bambu buat saya, perilaku seperti ini tidak boleh dilakukan oleh orang
sekelas Kapolri," ujar Daeng di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada
Rabu (31/1).
Menurutnya, pernyataan Kapolri tersebut menunjukkan
seolah-olah hanya dua organisasi yang berjasa terhadap perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Padahal banyak organisasi lain yang juga perannya tak kalah besar
dari kedua organisasi tersebut.
"Tapi banyak ormas lain juga waktu itu, dan Kapolri
harus belajar dari sejarah bukan hanya dua ormas itu, ada ormas yang lain.
Janganlah ormas umat Islam dipecah-pecah oleh pola seperti ini," ungkap
Politisi PAN tersebut.
Namun demikian, terkait video tersebut Kepala Biro
Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Mohammad Iqbal mengatakan,
video yang menimbulkan polemik itu telah mengalami penyuntingan. Ia menyebut
video tersebut telah dipotong.
"Bahwa video itu rekaman tahun 2017 tanggal 8 Februari
di pondok pesantren KH Ma'ruf Amin dan itu sudah dipotong-potong, jadi kalimat
tidak utuh," kata Iqbal di kediaman Kapolri, Jakarta Selatan, Rabu (31/1).
Iqbal mengatakan, video tidak utuh itu pun berpotensi
menyampaikan pesan yang tidak utuh juga. Sehingga akhirnya menimbulkan
interpretasi masing-masing. "Bahkan beberapa pihak dalam tanda petik
menyalahkan Pak Kapolri," ujarnya. (Red*)