[Foto: KAPOLRI Mengunjungi Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII)/Telusur.co.id/DDII] |
Dengan memakai baju koko putih, celana hitam dan
berpeci, kedatangan Kapolri disambut langsung oleh Ketua Umum Dewan Da’wah,
Drs. H. Mohammad Siddik, MA, Wakil Ketua Umum Bidang Luar Negeri H. Abdul Wahid
Alwi, MA, Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Organisasi Drs. H. Amlir Syaifa
Yasin, MA, Sekretaris Umum Drs. Avid Solihin, MM, beserta para pimpinan 13 organisasi Islam
yang tergabung dalam Majelis Ormas Islam (MOI), di ruang Ketua Umum Dewan
Da’wah.
Pada kunjungan perdanya ke Markas DDII yang
berlangsung sekitar kurang lebih 4 jam, dari mulai pukul 17.00 – 21.00 WIB itu,
Tito langsung disambut dengan takzim mendengarkan penjelasan M Siddik terkait latar
belakang pembentukan, visi, misi, serta hambatan yang dihadapi Dewan Da’wah
selama ini.
Kapolri yang menyimak dengan saksama penjelasan
Siddik, spontan menyatakan siap bersinergi dengan Dewan Da’wah yang memiliki
ribuan da’i tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Anggota kami di seluruh desa, akan saya arahkan
untuk bekerja sama dengan da’i Dewan Da’wah,” ujar Kapolri, seperti di kutip
telusur.co.id, Rabu (7/2).
Bahkan terhadap masalah yang dihadapi Dewan Da’wah
di Ambon, Maluku, Jenderal Tito berjanji akan segera menyelesaikannya. Secara
spontan, Kapolri memerintahkan Wakabaintelkam, Inspektur Jenderal (Pol) Luki
Hermawan yang mendampinginya untuk segera menuntaskan masalah tersebut.
Kepada pimpinan Dewan Da’wah, Jenderal Tito sempat
bercerita, saat lulus Akademi Kepolisian dengan pangkat Letnan Dua, dia
ditugaskan di Polres Jakarta Pusat.
“Karena masih bujangan, maka saya tidur di Polres.
Karena yang terdekat dengan Polres Jakarta Pusat adalah Masjid Al-Furqan, maka
saya selalu shalat Jum’at di sini. Pada bulan puasa, saya selalu shalat tarawih
di Al-Furqan,” kata Tito sambil menambahkan bahwa itu terjadi pada 1987 sampai
1992. Cerita Tito langsung disambar oleh Lukman Hakiem, “Kalau begitu, Pak Tito
ini Keluarga Besar Dewan Da’wah.”
Setelah berbincang dengan pimpinan Dewan Da’wah,
sebelum pertemuan dilanjutkan dengan pimpinan ormas yang tergabung dalam
Majelis Ormas Islam (MOI), Tito sempat mengikuti shalat maghrib berjamaah di
masjid Al-Furqan yang dilanjutkan dengan santap malam.
Meski Tito mengaku bahwa selama menjadi Kapolri, baru
kali ini ia berkunjung ke Dewan Da’wah, namun dia menegaskan bahwa dirinya
tidak asing dengan Masjid Al-Furqan.
“Jadi saya tidak asing dengan masjid Al-Furqan, dan
bukan orang baru di lingkungan Dewan Da’wah.
Jadi otomatis saya ini warga Dewan Da’wah,” ujar Tito.
Terkait video pernyataan Kapolri yang viral itu, ia
menyatakan bahwa video tersebut aslinya berdurasi sekitar 24 menit. Sementara
yang viral dengan durasi dua menit itu adalah potongannya.
Bahkan menurut Kapolri, dalam video aslinya itu ia banyak
mengkritik NU dan Muhammadiyah. “Secara lisan kritikan saya yang disampaikan ke
tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah lebih banyak. Tetapi memang, karena itu adalah
pertemuan internal NU, jadi sambil mengkritik, saya juga mengangkat lagi,” kata
Tito.
Di jelaskan Tito bahwa dalam video itu pada intinya ia
mengingatkan ada hal yang perlu diwaspadai oleh NU dan Muhammdiyah tentang
beredarnya informasi adanya ketidakpuasan di (level) grass root kepada kalangan
elit (karena merasa suaranya tidak didengar).
“Itu aja sebenarnya yang saya sampaikan waktu itu,”
jelasnya.
Pada sesi terakhir kunjungannya di Markas DDII, Tito dengan tulus menyatakan permohonan
maafnya kepada seluruh ormas Islam dan umat Islam akibat potongan video
tersebut. RED*
Sumber: telusur.co.id