sukabumiNews, TRIPOLI – Pemerintah Persatuan Libya
yang disokong PBB Senin (08/01) lalu
mengumumkan diakhirinya operasi militer di dekat wilayah perbatasan
Libya-Tunisia.
Dalam pernyataannya, Dewan Presiden Pemerintah
Persatuan Libya menyatakan pihaknya telah memberikan perintah untuk
mengendalikan persimpangan perbatasan Ras Ajdir dengan Tunisia, dikutip dari
AA.
Dilaporkan bahwa tindakan-tindakan keamanan akan
diambil pemerintah di wilayah tersebut, dan pemerintah bersumpah untuk terus
mengejar “para penjahat dan pelanggar hukum dengan segala cara”.
Pada hari Jumat (05/01) pekan lalu, 2 warga Libya
tewas akibat pertempuran antara kelompok bersenjata yang loyal kepada
pemerintah persatuan Libya dan kelompok bersenjata yang loyal dengan para
pejabat perbatasan Libya di kota Ras Ajdir di perbatasan Tunisia.
Sejak 2011, ketika pemimpin karismatik Libya Muammar
Gaddafi digulingkan dan dibunuh dalam sebuah pemberontakan berdarah,
kelompok-kelompok bersenjata bersaing
untuk menguasai jalur strategis Ras Ajdir, sebuah terminal darat utama
antara Libya dan Tunisia.
Setelah penggulingan Gaddafi, perpecahan politik di
Libya menghasilkan 3 kekuatan rival dalam pemerintahan yang salah satunya
berbasis di kota Tobruk, Libya Timur – dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang
saling bersaing.
Negara kaya minyak di Afrika Utara itu kini tetap
bergolak, dengan perpecahan politik negara tersebut yang menghasilkan
setidaknya tiga kursi pemerintahan yang berbeda dan sejumlah kelompok milisi-milisi
yang saling bersaing. RED*
Sumber: Panjimas