Ibarat mutiara
yang terpendam di dasar samudera, kawasan Pantai Guha Gede di Desa Cilograng,
Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menyimpan harta karun
yang belum tergali. Pantai ini menyimpan sejuta potensi dan misteri di balik
hamparan pasirnya yang putih dan ombaknya yang tiada henti menabrak batu karang
dan menghasilkan bunyi bergemuruh tanpa putus.
Keadaan alam Pantai Guha Gede masih tampak asri dan natural dengan ombaknya yang bergulung-gulung tiada henti membasahi pasir pantai sepanjang siang dan malam. |
Jarak dari ujung
permukiman di Kampung Angsana, Desa Cilograng ke Pantai Guha Gede sekitar 5
kilometer. Rojat, warga Kampung Cilograng menyatakan, sejak dulu, belum pernah
ada pembangunan jalan yang jalurnya mengarah ke pantai. Padahal jalur ini
sangat penting dan strategis sebagai pendorong kemajuan ekonomi warga. Jalan
ini menghubungkan beberapa titik sentra produksi pertanian yang menghasilkan
berbagai komoditas seperti pisang, karet, kayu, padi, dan kelapa.
Kebon pisang di
sekitar jalan menunju pantai terkenal menghasilkan pisang galek dan pisang
ambon berkualitas tinggi. Para petani membikin sale dari kedua jenis pisang
tersebut yang setelah digoreng rasanya mirip-mirip kurma. Sale dari Cilograng
dapat diandalkan untuk dijadikan kuliner khas Kabupaten Lebak yang cita rasanya
khas dan mandiri.
"Sebanyak 99
persen warga di sini petani. Selama ini penjualan hasil pertanian ke luar desa
tidak lancar karena tidak ada sarana jalan yang dapat dilalui mobil. Kalau ada
jalan yang terhubung ke Pantai Guha Gede, pasti kondisi ekonomi penduduk di
sini akan meningkat dengan pesat," ujar Rojat.
Kehadiran jalan
yang terhubung ke arah pantai juga dapat membangkitkan potensi pariwisata. Pantai
Guha Gede memiliki keindahan khas pesisir selatan yang dipenuhi batu karang dan
pasir putih. Diyakini warga sekitar, jika jalan menuju pantai diperbaiki oleh
Pemkab Lebak atau Pemprov Banten, wisatawan domestik dan macanegara akan
berbondong-bondong datang ke Pantai Guha Gede.
Jalan menuju Pantai Guha Gede tidak dapat dilalui kendaraan roda empat, pada musim hujan sepeda motor pun kadang-kadang tidak dapat melewati jalur tersebut karena medannya berkelok-kelok. |
Pantai Guha Gede menyimpan kisah masa lalu yang masih diliputi banyak misteri. Di pantai ini terdapat beberapa situs unggulan seperti pasir putih, goa besar, sumur misterius, Pasir Pilar, bungker, dan jojongor yakni bagian daratan yang menjorok ke laut seperti tanjung. Semuanya berada dalam satu hamparan dengan Pantai Guha Gede. Sampai sekarang, situs-situs tersebut masih diliputi misteri tentang sejarah pembangunannya. Banyak bukti yang menunjukkan, bungker dan sumur misterius berkaitan dengan pemberontakan PKI pada tahun 1965.
Beberapa tahun
lalu, salah seorang tokoh setempat yang sudah meninggal dunia, Aki Madhari
menyampaikan, jojongor yang juga disebut ancol merupakan kembang dan kunci dari
kesuksesan atau kegagalan dari pengembangan kawasan Pantai Guha Gede. Menurut
Aki Madhari, suatu hari pada waktu yang mustari,
lokasi Pantai Guha Gede akan mendunia kalau bagian jojongor dibangun oleh
manusia yang jujur dan bertabiat baik. Sebaliknya, kalau jojongor dan Pantai
Guha Gede dikembangkan oleh manusia tidak jujur, lokasi tersebut tidak akan
mencapai kemajuan dan kejayaan.
"Jojongor ini
sangat menarik dan memiliki ciri yang khas serta menyimpan 1.001 misteri. Dulu
jojongor ini terletak di di tengah laut, lalu seiring dengan perjalanan waktu
berubah menjadi daratan. Pesawahan dan kebun milik warga dulunya juga
laut," jelas Bah Arup, warga Kampung Pasirsalam, Cilograng.
Perubahan dari
laut menjadi daratan terjadi setelah letusan besar Gunung Krakatau pada tahun
1883. Bah Arup menambahkan, terlalu banyak kisah dan misteri di balik jojongor
yang tidak diketahui warga setempat. Keterangan yang sama juga disampaikan oleh
Abah Iday, warga Kempung Lebak Koneng, Desa Cireundeu, Kecamatan Cilograng.
Keterangan dari
almarhumah Ma Sukiyah, warga Desa Cisarua, Cilograng menyebutkan, bersamaan
dengan pembangunan bungker terjadi pengiriman kerbau yang sudah dipotong lewat
laut dengan perahu. Konon tubuh kerbau
itu diisi dengan senjata dan uang. Pembangunan bungker itu dipimpin oleh tokoh
misterius Ki Supyan. Pada saat bersamaan tanggal 1 Oktober yang jatuh pada hari
Jumat, di atas kawasan pantai mondar-mandir helikopter militer yang melakukan
patroli di sepanjang pantai selatan.
Pada tahun 1970, suami
Ma Sukiyah bernama Madukar, salah seorang pemilik tanah di jojongor mendengar
berita radio yang mengimbau para pemilik kebun dan sawah di jalur pantai
selatan agar tidak pergi ke tanah garapannya karena bakal ada guntur besar.
Menurut Madukar, saat itu warga meyakininya akan terjadi kiamat. Namun, Madukar
tetap berangkat ke kebunnya di jojongor Pantai Guha Gede.
Rupanya yang
dimaksud guntur besar adalah suara bergemuruh dari tengah laut yang berasal
dari helikopter bermotif belang-belang.
Madukar melihat helikopter itu terus bergerak dari tengah samudera ke
arah jojongor sekitar pukul 11.00 WIB. Tampaknya helikopter akan turun di
bagian yang terbuka dari jojongor. Dia ambil tihul atau sejenis limbah kayu seukuran pentungan lalu
diacung-acungkan ke arah helikopter. Tiba-tiba helikopter itu berbalik arah dan
mabur ke arah laut.
Madukar
menyampaikan kepada beberapa warga tentang kecurigaan terhadap kedatangan
helikopter tersebut. Dia menduga helikopter itu sedang mencari sesuatu di
sekitar jojongor dan Pantai Guha Gede. Mungkinkah ada kekayaan misterius yang tersembunyi
di dalam perut bumi pantai itu? Dia pun bertanya-tanya. Sebagaimana istrinya, Madukar juga telah meninggal dunia.
Keterangan lain
dari Ma Sukiyah menyebutkan, pada masa Orde Baru dirinya sering kedatangan
orang yang mengaku utusan Mbak Tutut. Orang tersebut setengah memaksa ingin
membeli tanah di jojongor, Ma Sukiah didesak untuk menyebutkan sebuah harga
untuk dilaporkan ke Jakarta. Namun, dia
tidak mau menyebutkan harga yang diminta orang Jakarta.
Jojongor
terus-menerus diincar orang. Begitu pentingkah jojongor di Pantai Guha Gede?
Ada apa di dalamnya? Sampai sekarang pertanyaan tersebut belum terjawab. Kepala
Desa Cilograng, Sudarya juga tidak bisa menjelaskan misteri yang terkandung di
alam jojongor. Dia hanya menginginkan pembangunan jalan yang terakses ke Pantai
Guha Gede seperti ditunggu-tunggu oleh warga Cilograng. Karena itu, Sudarya
akan berupaya dengan sekuat tenaga untuk mengusulkan pembangunan jalan tersebut
kepada pemerintah.
"Keberadaan
jalan yang terhubung ke garis pantai dapat mengangkat derajat kehidupan sosial
masyarakat Cilograng, khususnya mereka yang tinggal di sekitar pantai,"
ujar Darya.
Beberapa warga
Cilograng mendesak pemerintah desa untuk melakukan pendataan yang tuntas
terkait status kepemilikan tanah di sekitar Pantai Guha Gede. Sebagian besar tanah
yang ada di sana belum dibebaskan oleh pemiliknya kepada perusahaan. Kejelasan
status tanah dapat mencegah munculnya mafia tanah yang berkeliaran di daerah
Cilograng.